Once upon a time a mother and her two girls lived in a pretty cottage near the forest. In the garden was a red rose bush and a white rose bush. That was funny because one girl had red hair and the other was fair! And, guess what, the girls were called Snow White and Red Rose!
Dahulu kala, seorang ibu dan dua putrinya tinggal di sebuah pondok indah di dekat hutan. Di taman mereka tumbuh semak mawar merah dan mawar putih. Lucunya, salah satu anak perempuan berambut merah, sementara yang lainnya berambut pirang! Dan, coba tebak, nama mereka adalah Putri Salju dan Mawar Merah!
Snow White was gentle and quiet. Red Rose loved to run outside chasing butterflies. They often went into the forest to play with all the little animals that trusted them and knew they were kind. One cold winter evening the family were sitting around a lovely warm fire. Suddenly, there was a knock on the door. The mother said, “Quick, someone must need shelter from the cold, let them in.” Red Rose opened the door. But she got a big surprise. It wasn’t a person standing there but a great big bear!
Putri Salju lembut dan pendiam, sedangkan Mawar Merah suka berlari ke luar mengejar kupu-kupu. Mereka sering bermain di hutan bersama hewan-hewan kecil yang mempercayai mereka karena tahu mereka baik hati. Suatu malam musim dingin, keluarga itu sedang duduk menghangatkan diri di depan api unggun. Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu. Sang ibu berkata, “Cepat, pasti ada yang membutuhkan tempat berlindung dari udara dingin. Biarkan mereka masuk.” Mawar Merah membuka pintu, tetapi ia sangat terkejut. Yang berdiri di sana bukanlah seorang manusia, melainkan seekor beruang besar!
Red Rose screamed but the bear smiled and said, “I mean no h-harm. I’m very cold, please can I have a place to rest my h-head?” Their mother made him some herbal tea to warm him up. Snow White and Red Rose wiped the snow off his fur. The bear laughed, “Oooh, that tickles!” Soon they were all laughing.
Mawar Merah menjerit, tetapi beruang itu tersenyum dan berkata, “Aku tidak bermaksud jjahat. Aku sangat kedinginan. Bolehkah aku beristirahat dan menghangatkan diriku di sini?” Sang ibu membuatkan teh herbal untuk menghangatkannya. Putri Salju dan Mawar Merah membersihkan salju dari bulunya. Beruang itu tertawa, “Oooh, geli!” Tak lama kemudian mereka semua tertawa bersama.
They wrapped the bear up in a blanket and they all sat in front of the fire and were cosy and warm. The bear stayed for the rest of the winter. He helped with housework, and gave the sisters piggyback rides around the snow-filled woods. When springtime came the bear said, “Now I must say goodbye, and thank you for being so kind.” “Oh, where are you going, dear bear?” asked Snow White. “I must go into the forest and guard my treasure from the wicked Woodland Elves. In the winter they stay underground but now the weather is warmer out they will come to steal it away from me.”
Mereka membalut beruang itu dengan selimut, dan mereka duduk bersama di depan perapian, merasa nyaman dan hangat. Beruang itu tinggal bersama mereka sepanjang musim dingin. Ia membantu pekerjaan rumah dan menggendong kedua saudari itu berkeliling di hutan yang penuh salju. Ketika musim semi tiba, beruang itu berkata, “Sekarang aku harus pamit, dan terima kasih atas kebaikan kalian.” “Oh, ke mana kau akan pergi, beruang baik?” tanya Putri Salju. “Aku harus pergi ke hutan untuk menjaga hartaku dari Peri Hutan yang jahat. Di musim dingin mereka bersembunyi di bawah tanah, tetapi sekarang cuaca menghangat, mereka akan keluar untuk mencurinya.”
They were all sorry to see him go and waved goodbye. A few days later the girls were walking by the river. They heard some yelps so they hurried over to see what it was. An Elf was on the riverbank with his beard dipped in the water. Then they looked and they could see that a crab was clinging onto the end of it.
Semua merasa sedih melepas kepergiannya dan melambaikan tangan. Beberapa hari kemudian, kedua saudari itu berjalan di tepi sungai. Mereka mendengar suara teriakan dan segera menghampiri. Seekor Peri kecil berada di tepi sungai dengan janggutnya terjepit di dalam air. Seekor kepiting mencengkeram ujung janggutnya.
Red Rose and Snow White couldn’t stop laughing. “Don’t just stand there, help me!” said the Elf. Both girls pulled on his beard but they couldn’t pull it free. Red Rose got out a pair of scissors and snipped the end of the Elf’s beard. The crab scuttled off with a piece of the Elf’s beard clutched in its claw.
Putri Salju dan Mawar Merah tak bisa berhenti tertawa. “Jangan hanya berdiri di situ, tolong aku!” teriak Peri itu. Kedua saudari menarik janggutnya, tetapi tidak berhasil. Mawar Merah mengeluarkan gunting dan memotong ujung janggut Peri itu. Kepiting itu pun kabur dengan secuil janggut Peri di capitnya.
“You cut my precious beard!” the Elf shouted, “I’ll get you for this.” He picked up his sack and hurried off into the forest.
“Kau memotong janggutku yang berharga!” teriak Peri itu. “Aku akan membalasmu untuk ini.” Ia mengambil karungnya dan berlari ke dalam hutan.
“Such a rude and angry little man,” Snow White laughed. “We should have just left him there,” Red Rose grinned. On their way home they found a handsome young man who seemed to be asleep. He had a great big bruise on his forehead. The girls tried to gently wake him up. He opened his eyes and looked at Red Rose.
“Betapa kasarnya makhluk kecil itu,” kata Putri Salju sambil tertawa. “Seharusnya kita biarkan dia di sana saja,” Mawar Merah tersenyum. Dalam perjalanan pulang, mereka menemukan seorang pria tampan yang tampaknya sedang tertidur. Di dahinya ada memar besar. Kedua saudari itu mencoba membangunkannya dengan lembut. Pria itu membuka matanya dan menatap Mawar Merah.
“I must be dreaming; you look like an angel!” he cried. Red Rose blushed. “How did you get
that nasty bruise on your head?”
“Aku pasti bermimpi; kau seperti malaikat!” serunya. Mawar Merah tersipu. “Bagaimana kau mendapat memar besar itu?” tanyanya.
“That rude old Elf put a spell on me and stole my gems!” Just then their old friend the bear appeared. The girls ran up and gave him a great big hug.
“Peri tua itu mengutukku dan mencuri permataku!” Saat itu juga, teman lama mereka, sang beruang, muncul. Kedua saudari berlari memeluknya dengan hangat.
“Hello there,” he smiled at them and said, “Andrew, these are the kind sisters I told you about. They helped me and saved me from freezing last winter.”
“Halo,” kata beruang itu sambil tersenyum. “Andrew, ini adalah saudari-saudari baik yang kuceritakan padamu. Mereka membantuku dan menyelamatkanku dari kedinginan musim dingin lalu.”
“Thank you for helping my brother,” Andrew smiled at them.
“Terima kasih telah membantu saudaraku,” Andrew tersenyum kepada mereka.
“Brother?” asked Red Rose. Suddenly, the Elf appeared with his sack over his shoulder.
“Saudaramu?” tanya Mawar Merah. Tiba-tiba, Peri muncul dengan karung di pundaknya.
“Hand me back my gems at once!” Andrew jumped to his feet and pulled out a sword.
“Kembalikan permataku sekarang juga!” Andrew melompat berdiri dan menghunus pedangnya.
“Think you can beat me, hahaha” the Elf laughed. “And you,” he pointed to the bear, “you like being a bear?”
“Kau pikir bisa mengalahkanku? Hahaha!” Peri tertawa. “Dan kau,” katanya kepada beruang, “kau suka menjadi beruang?”
“What’s going on?” Red Rose asked. She was very confused.
“Ada apa ini?” tanya Mawar Merah, bingung.
“He stole our gems and turned my brother into a bear,” Andrew said.
“Dia mencuri permata kami dan mengutuk saudaraku menjadi beruang,” jelas Andrew.
“Right, give back their gems at once,” Red Rose said sternly to the Elf.
“Baiklah, kembalikan permata mereka sekarang juga,” kata Mawar Merah tegas kepada Peri.
“NEVER!” the Elf shouted, “beard power!” He started growing higher and higher until he was eight feet tall and towered over them.
“TIDAK AKAN PERNAH!” teriak Peri, “kekuatan janggutku!” Ia mulai tumbuh semakin tinggi hingga mencapai delapan kaki, menjulang di atas mereka.
“No one can beat me,” the Elf laughed. “I’m the tallest and the strongest!” Red Rose grabbed Andrew’s sword, ran towards the Elf, jumped up and sliced off most of his beard.
“Tidak ada yang bisa mengalahkanku,” teriak Peri. “Aku yang tertinggi dan terkuat!” Mawar Merah mengambil pedang Andrew, berlari ke arah Peri, melompat, dan memotong sebagian besar janggutnya.
The Elf suddenly started to shrink smaller and smaller and smaller until he was tiny.
Peri tiba-tiba menyusut semakin kecil hingga menjadi sangat mungil.
“How dare you,” he squeaked out. “I’ll get you for this, just you wait.” And he ran off into the woods.
“Berani sekali kau,” ia mencicit. “Aku akan membalasmu untuk ini, tunggu saja.” Lalu ia berlari ke dalam hutan.
The bear suddenly turned into a young man with a big smile on his face. “I am Gareth, a king’s son,” he said, “the Elf put a spell on me to steal my treasures. I had to live as a bear until you broke the spell by cutting off his beard. Thank you!”
Beruang itu tiba-tiba berubah menjadi seorang pria muda dengan senyum lebar di wajahnya. “Aku adalah Gareth, putra seorang raja,” katanya. “Peri itu mengutukku untuk mencuri hartaku. Aku harus hidup sebagai beruang sampai kau mematahkan kutukan dengan memotong janggutnya. Terima kasih!”
Well, they all became the very best of friends and lived happily ever after.
Akhirnya, mereka semua menjadi sahabat baik dan hidup bahagia selamanya.