JustPaste.it

The Proud Rose

Once upon a time, there lived a rose flower that was incredibly proud of its beautiful looks. The only disappointment the rose had was that it grew alongside an ugly cactus.

Dahulu kala, hiduplah sekuntum bunga mawar yang sangat bangga dengan penampilannya yang indah. Satu-satunya kekecewaan yang dimiliki mawar itu adalah bahwa ia tumbuh berdampingan dengan kaktus yang buruk rupa.

 

Every day, the rose would be ready with an insult that it would pour upon the cactus for his looks, but the cactus would remain silent and not react. No matter how hard every other plant in the garden tried to make the flower understand and discourage it from insulting the cactus, the rose was adamant and swayed by her good looks.

Setiap hari, mawar akan bersiap dengan hinaan yang akan dilontarkan kepada kaktus karena penampilannya, tetapi kaktus hanya diam dan tidak bereaksi. Tidak peduli seberapa keras setiap tanaman lain di taman mencoba untuk membuat bunga itu mengerti dan mencegahnya untuk tidak menghina kaktus, mawar tetap bersikeras dan terbuai oleh keelokan dirinya.

 

One day, a pine tree,  growing next to the blossomed rose said that it wished it was a beautiful flower and hoped it could also be as appealing one day. Another tree said to the pine tree that there was no need to be sad as no one can have everything. Hearing the conversation, the rose replied to the trees and that it seemed like she was the most beautiful flower in the whole forest.

Suatu hari, sebuah pohon pinus yang tumbuh di samping bunga mawar yang sedang mekar berkata bahwa ia berharap ia bisa menjadi bunga yang indah dan suatu hari nanti ia juga akan menjadi bunga yang menarik. Pohon lain berkata pada pohon pinus untuk tidak perlu bersedih karena tidak ada yang bisa memiliki segalanya. Mendengar percakapan tersebut, bunga mawar menjawab kepada pohon-pohon tersebut bahwa ia adalah bunga terindah di seluruh hutan.

 

Listening this, the sunflower raised its yellow head and said, “Why do you say that? In the whole forest, there are many beautiful flowers, and you are just one of them.” To this, the rose replied that it saw everyone looking at her and admiring her. The next moment, the rose used her cunning wit by humiliating the cactus by calling it ugly and full of thorns. The other trees quickly replied that this was shameful talk by the rose as no one can decide what exactly is beautiful, and the rose flower itself had so many thorns.

Mendengar hal ini, bunga matahari mengangkat kepalanya yang berwarna kuning dan berkata, “Mengapa kamu berkata seperti itu? Di seluruh hutan, ada banyak bunga yang indah, dan kamu hanyalah salah satunya.” Mawar menjawab bahwa ia melihat semua orang menatapnya dan mengaguminya. Sesaat berikutnya, mawar menggunakan kecerdasannya yang licik untuk mempermalukan kaktus dengan menyebutnya jelek dan penuh duri. Pohon-pohon lain dengan cepat menjawab bahwa ini adalah perkataan yang memalukan dari mawar karena tidak ada yang bisa memutuskan apa yang sebenarnya indah, dan bunga mawar itu sendiri pun memiliki begitu banyak duri.

 

As the days passed by, the rose looked at the cactus and continued insulting him. The cactus never replied or  even got upset and instead, advised the rose that God did not create any form of life without a purpose.

Seiring berjalannya waktu, mawar memandang kaktus dan terus menghinanya. Kaktus yang tidak pernah menjawab atau bahkan marah, malah menasihati mawar bahwa Tuhan tidak menciptakan bentuk kehidupan apa pun tanpa tujuan.

 

Spring passed by and the weather turned hot. Life in the forest became difficult without the rain. The rose began to wilt.

Musim semi berlalu dan cuaca menjadi panas. Kehidupan di hutan menjadi sulit tanpa hujan. Bunga mawar mulai layu.

 

One day the rose saw a sparrow stick it’s beak into the cactus and fly away. The rose was amazed by this and asked the pine tree what the sparrow was doing? The pine tree replied that the bird was getting water from the cactus, which was hurting the cactus due to the holes created inside it, but it could not see the bird suffer, and therefore, it was helping them.

Suatu hari mawar melihat seekor burung pipit menancapkan paruhnya di kaktus dan terbang. Bunga mawar kagum akan hal ini dan bertanya kepada pohon pinus apa yang dilakukan burung pipit itu? Pohon pinus menjawab bahwa burung itu mengambil air dari kaktus yang membuat kaktus tersakiti karena lubang yang dibuat di dalamnya, namun kaktus tidak dapat membiarkan burung itu menderita karena itulah ia menolong burung itu.

 

The rose felt ashamed to ask the cactus for water. But finally, when she did ask for help, the cactus kindly agreed. The sparrows filled their beaks with water and watered the roses’ roots.

Bunga mawar merasa malu untuk meminta air kepada kaktus. Namun akhirnya, ketika ia meminta bantuan, kaktus itu dengan baik hati menyetujuinya. Burung pipit mengisi paruhnya dengan air dan menyirami akar mawar.