The Holy Month of Ramadan
Once upon a time, there was a young boy named Ahmed. Ahmed lived in a beautiful village with his family. One day, his mother told him about the special month of Ramadan. She explained that Ramadan is a time when Muslims around the world fast from sunrise to sunset.
Pada suatu hari, ada seorang anak laki-laki muda bernama Ahmed. Dia tinggal di sebuah desa yang indah dengan keluarganya. Suatu hari, ibunya memberitahunya tentang bulan spesial Ramadan. Ibunya menjelaskan Ramadan adalah waktu dimana orang-orang Muslim di seluruh dunia berpuasa dari matahari terbit sampai matahari terbenam.
Excited to experience Ramadan, Ahmed woke up early before sunrise the next day. He had a hearty meal called suhoor, and then started his fast. During the day, Ahmed felt hungry and thirsty, but he remembered that fasting was a way to purify his heart and show gratitude to Allah.
Senang ingin mengalamai Ramadan, Ahmed bangun pagi sebelum matahari terbit besoknya. Dia menikmati makanan enak yang disebut suhoor, kemudian memulai puasanya. Sepanjang hari, Ahmed merasa lapar dan kehausan, tapi dia ingat bahwa berpuasa adalah cara untuk menyucikan hati dan mengucapkan syukur kepada Allah.
Throughout the month, Ahmed saw his family and friends coming together for iftar, the meal to break the fast. They shared delicious food and prayed together. Ahmed loved the joyous atmosphere and the feeling of togetherness that Ramadan brought.
Sepanjang bulan, Ahmed melihat keluarga dan temannya datang bersama saat iftar, makanan untuk buka puasa. Mereka berbagi makanan enak dan berdoa bersama. Ahmed menyukai suasana bahagia dan rasa kebersamaan yang Ramadan berikan.
One evening, Ahmed's little sister, Aisha, asked him why they fast during Ramadan. Ahmed explained that fasting helps them empathize with those who are less fortunate and teaches them self-discipline. Aisha understood and decided to join her family in fasting for a day.
Suatu malam, adik perempuan Ahmed, Aisha, bertanya kepadanya mengapa mereka berpuasa selama Ramadan. Ahmed menjelaskan bahwa berpuasa membantu mereka peduli dengan mereka yang kurang beruntung dan mengajarkan mereka untuk mendisiplinkan diri. Aisha mengerti dan memutuskan untuk mengikuti keluarganya berpuasa untuk satu hari.
As the days passed, Ahmed felt a sense of accomplishment. He realized that fasting wasn't just about abstaining from food and water; it was about self-control, kindness, and becoming a better person. Ramadan taught him important values that he would carry with him throughout his life.
Sambil hari-hari berlalu, Ahmed merasakan suatu pencapaian. Dia sadar bahwa berpuasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum; itu tentang kendali diri, kebaikan, dan menjadi orang yang lebih baik. Ramadan mengajarkannya nilai-nilai penting yang akan dia bawa sepanjang hidupnya.
On the last day of Ramadan, everyone in Ahmed's village gathered at the mosque for a special prayer called Eid. They wore new clothes, greeted each other with hugs, and shared delicious sweets. Eid was a time to celebrate the completion of Ramadan and the blessings it brought.
Di hari terakhir Ramadan, setiap orang di desa Ahmed berkumpul di masjid untuk doa spesial yang disebut Eid. Mereka menggunakan pakaian baru, menyapa masing-masing orang dengan pelukan, dan berbagi makanan manis yang enak. Eid adalah waktu untuk merayakan selesainya Ramadan dan berkat yang dibawakan.
Ahmed cherished the memories of Ramadan and looked forward to the next one. He understood that fasting was not only about giving up things, but also about gaining wisdom, compassion, and love for others. Ramadan had made him a better person, and he was grateful for this beautiful month.
Ahmed bahagia dengan kenangan Ramadan dan menantikan Ramadan berikutnya. Dia mengerti bahwa berpuasa tidak hanya tentang berbagi barang-barang, tapi juga mendapat ilmu, belas kasihan, dan cinta untuk yang lain. Ramadan membuatnya menjadi orang yang lebih baik dan dia bersyukur dengan bulan yang indah ini.