JustPaste.it

Triple The Trouble - Chapter 1

User avatar
ubur-ubur @simpysimp · Feb 16, 2022 · edited: Feb 18, 2022

Apartemen kosong di samping pintu nomor 668 kabarnya akan kedatangan penghuni baru besok pagi. Informasi tersebut berhasil sampai ke telinga Y/n ketika yang bersangkutan asyik mengobrol dengan nyonya tanah sembari menunggu lift berhenti bergerak. Kebetulan sekali Y/n saat itu hendak pergi ke konbini—ia memutuskan untuk sekaligus membeli sesuatu guna menyambut tetangga barunya nanti.

 

"Kurasa kau juga bisa menambahkan permen ke dalam keranjang belanjamu," nyonya tanah memberi saran setelah mendengar rencana Y/n. "Sebab keluarga yang akan pindah besok memiliki tiga anak kecil yang manis," wanita itu menambahkan sambil tersenyum. Y/n mengerjap sebentar sebelum membalas senyumannya dan mengucap terima kasih.

 

Tak lama kemudian pintu lift terbuka bersama bunyi denting pelan yang menjamah indera pendengaran. Setelah mempersilahkan nyonya tanah untuk turun dari lift terlebih dahulu, Y/n baru menjejakkan kaki di lobi apartemen dan melangkah menuju pintu kaca besar yang menampilkan langit biru di luar.

 

Tangan Y/n berhenti sejenak di gagang pintu untuk menoleh ke arah nyonya tanah yang sudah duduk manis di balik meja resepsionis. Beliau menatap balik Y/n dengan ekspresi lembut di wajahnya yang penuh keriput.

 

"Kalau begitu aku pergi dulu, Tsuru-san!"

 

Y/n berpamitan dengan senyum cerah di wajahnya. Rambut (h/c) (h/l) miliknya melayang ringan tatkala gadis itu berbalik untuk membuka pintu dan mulai menyusuri jalanan di bawah terik matahari.

 

Menatap sosok Y/n yang perlahan menjauh, bibir Nyonya Tsuru membentuk segaris senyum tipis. Sebuah gumaman pelan lolos dari sana tanpa ada seorang pun untuk mendengarnya.

 

"Hati-hati di jalan, Y/n." 

 


 

Triple The Trouble!

a One Piece fanfiction written by ubur-ubur

 

.

 

DISCLAIMER: One Piece punya say— *dipukul* ekhem, maaf, maksudnya punya Eiichiro Oda. Saya hanya meminjam karakter-karakternya untuk keperluan halu semata. Non komersil.

 

WARNINGS: modern!AU, fem!Reader with kid!ASL, mungkin OoC?, harem (namun fokus utama berputar di reader/ASL), y/n: your name; h/c: hair color; h/l: hair length; e/c: eye color

 

GENRE: Slice of Life, Humor

 

SPECIAL THANKS: AlNlGMA & Shunlicious for proofreading! ♡

 

 

.

 

Enjoy!

 


 

Chapter 1: Perkenalan

 

.

.

.

 

Karena kemarin Tsuru-san bilang tetangga barunya adalah sebuah keluarga dengan tiga anak kecil yang manis, Y/n yang polos dan sehat baik secara jasmani dan rohani hanya bisa membayangkan figur seorang ayah berkacamata yang memasuki usia 50-an, ibu yang cantik menggendong si bungsu yang pemalu, putra pertama yang sebentar lagi lulus kuliah, dan anak tengah yang masih mencari jati diri beramai-ramai mengunjunginya dan berkenalan sebagai penghuni baru yang akan berbagi lantai yang sama dengannya.

 

Imajinasi Y/n tentang mereka tidak bisa menjadi lebih liar lagi mengingat Y/n selalu dikelilingi orang-orang yang baik dan biasa-biasa saja semenjak ia pindah ke sini dua tahun yang lalu. Namun ketika Y/n mengetahui siapa yang mengetuk pintunya di Sabtu pagi yang cerah, gadis itu seketika meragukan cara pandang Tsuru-san terhadap para calon pembeli apartemennya.

 

Sebab sebuah keluarga dengan tiga anak kecil yang manis jarang sekali terdiri dari kakek tua bertubuh tinggi besar dan tiga kepala mungil berbeda warna yang nampak menyembul di balik kakinya.

 

Y/n sukses melongo di tempat.

 

"Selamat pagi! Namaku Monkey D. Garp! Aku yang akan menempati kamar 667 bersama cucu-cucuku ini!"

 

Kakek itu memperkenalkan diri dengan suara yang lantang. Rambut dan janggut putihnya menjadi alasan Y/n yakin umurnya sudah mencapai kepala tujuh, namun senyum lebar dan semangatnya yang terdengar jelas membuat Monkey D. Garp terlalu prima dan sehat untuk seorang pria di usia senja. Y/n bisa melihat tangan Garp yang besar dengan bangga menunjuk ke bawah—ke arah cucu-cucunya yang berjenis kelamin laki-laki semua. "Nah, ayo perkenalkan diri kalian!"

 

"Yo, namaku Monkey D. Luffy!" Luffy adalah cucu Garp yang tubuhnya paling kecil. Ia memiliki segaris luka melintang tepat di bawah salah satu matanya. Suaranya cempreng dan lucu, tapi juga penuh dengan rasa percaya diri, terlebih ketika ia melanjutkan, "makanan kesukaanku daging, dan cita-citaku adalah menjadi raja bajak laut! Shishishi—aduh!!"

 

Cengiran Luffy dalam sekejap berubah jadi rintihan kesakitan tepat setelah Garp meninju kepalanya. Kakek itu jelas tidak menahan diri ketika sebuah benjolan besar secara komikal tumbuh menembus topi jerami yang dikenakan Luffy.

 

"Sudah kubilang jangan bermimpi yang tidak-tidak, dasar bodoh!" hardik Garp murka, nampak tidak simpati dengan keadaan salah satu cucunya itu. Berbanding terbalik dengan Y/n yang khawatir—ia tidak ingin lorong apartemen yang dihuninya menjadi saksi bisu atas tindak kekerasan terhadap anak di bawah umur, meski agaknya pemandangan tersebut kelak akan berubah jadi sesuatu yang lumrah untuk dilihat.

 

Y/n baru saja hendak berjongkok untuk menenangkan Luffy ketika cucu Garp yang lain malah tertawa keras-keras.

 

"Hahaha! Dasar Luffy, kau tidak pernah belajar dari pengalaman!"

 

Kalimat barusan berasal dari bocah yang berdiri di samping Luffy. Y/n menaksir ia lebih tinggi sekitar 30 senti dari sang calon raja bajak laut, namun topi hitam tinggi yang hinggap di kepalanya membantunya terlihat sebagai yang paling menjulang. Senyum puas semakin terukir lebar di wajah bocah itu tatkala Luffy hanya mampu menanggapi ucapannya dengan sebuah ringisan. Selesai merasa terhibur atas kemalangan Luffy, kepalanya yang bulat baru bergerak mendongak menatap Y/n.

 

"Namaku Sabo. Salam kenal, ya!" Begitu ujarnya, sambil menyengir, memperlihatkan deretan giginya yang ompong satu—entah apa sebabnya.

 

"Ace." Cucu Garp yang terakhir akhirnya angkat suara. Ada bintik-bintik hitam manis mengisi area kosong di sekitar pipi dan hidungnya. Ketika Luffy, Sabo dan sang kakek nampak heboh, hanya Ace yang mempertahankan kekalemannya dengan berdiri tegak sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

 

Tatapannya memang tidak terlalu bersahabat, tapi lucu juga melihatnya ketika rambut hitam Ace yang tanpa perlindungan diacak-acak oleh Garp.

 

"Kira-kira begitulah," pria itu menyimpulkan, "mohon bantuannya ya, Nona... err—"

 

"Y/n. Panggil nama saja, Garp-san."

 

Y/n bertutur sopan. Ia tidak sadar lengkung manis yang akhirnya tercipta di bibirnya membuat ketiga cucu Garp terperangah sebentar. Sementara Garp sendiri kembali tertawa sambil mengulang nama Y/n, lalu memuji betapa ia adalah gadis yang baik yang perangainya patut dicontoh Ace, Sabo dan Luffy.

 

Sebagai yang paling muda, serta yang paling ngotot dalam membelot kakeknya, Luffy hanya bisa manyun sambil berbisik pelan—raja bajak laut mana ada yang bersikap lembut begitu?—lalu terdengar oleh Sabo yang kemudian terkekeh sambil menepuk-nepuk topi jerami Luffy. Ace? Dia tidak mengatakan apa-apa lagi, tapi sekilas Y/n mendapati bocah itu mencuri pandang ke arahnya. Ketika mata mereka tanpa sengaja bertemu, Ace yang lebih dulu memalingkan wajah dengan angkuh. Meski bingung, Y/n tetap mengulas senyum maklum, berpikir kalau Ace adalah tipe anak yang pemalu.

 

"Oh ya, kami membawakan sesuatu untukmu!"

 

Suara cempreng Luffy mendadak menginterupsi. Si kecil sepertinya sudah tidak kesakitan lagi, dan benjol besar yang sempat hinggap di kepalanya tadi tahu-tahu sudah hilang. Y/n, yang jelas saja merasa takjub, melihat Luffy berusaha merogoh sesuatu dari kantung celana pendek berbahan dasar denimnya. Ia kemudian berhasil mengeluarkan sebatang cokelat yang kemasannya sudah terbuka—terkoyak—membungkus panganan manis yang Y/n yakin sudah termakan setengahnya. Kendati demikian Luffy tetap menyodorkan cokelat tersebut kepada Y/n sambil tersenyum lebar. "Anggap saja hadiah perkenalan dari kami, shishishi!"

 

Hal yang terjadi selanjutnya adalah Garp, Sabo, dan bahkan Ace bersatu menjitak Luffy.

 

"KENAPA COKELATNYA SUDAH TIDAK UTUH LAGI?!"

 

"SAKIIIITTT—!"

 

Tangis Luffy pecah meramaikan lorong apartemen. Ace yang mencibir kesal, serta Garp dan Sabo yang lanjut memarahi Luffy sama sekali tidak membuat keadaan lebih baik. Y/n masih tetap berada di tempatnya, berusaha mengajak satu-satunya orang dewasa di sana untuk bersikap tenang. Sayang usaha sang gadis berbuah nihil. Namun Y/n tidak menyerah—dia tetap memutar otak hingga teringat akan belanjaannya kemarin.

 

Meninggalkan keributan itu sejenak, Y/n membiarkan pintunya terbuka lebar ketika ia berbalik masuk ke dalam rumahnya. Mata Ace terus menangkap langkah sang gadis yang tergesa-gesa sampai ia kembali dengan sebuah bungkusan dalam dekapannya.

 

"Aku juga punya sesuatu untuk kalian!"

 

Suara Y/n mengalun lembut, kali ini berhasil menarik perhatian seorang kakek berdarah panas dan cucu-cucunya yang juga sama hebohnya.

 

Mereka diam memperhatikan Y/n yang berjongkok di antara Luffy dan Sabo. Masih mempertahankan senyum ramah di wajahnya, Y/n mengambil cokelat dari tangan Luffy dan menukarnya dengan satu pak permen yang ia beli atas saran Tsuru-san tempo hari. "Ini hadiah perkenalan dariku. Tolong jangan khawatir soal cokelatnya, karena sudah dimakan setengah berarti Luffy sedang berbagi denganku, bukan?"

 

Y/n perlahan kembali berdiri meluruskan kedua kakinya. Tiga sosok kecil di bawah sana masih belum ada yang angkat suara, mereka sibuk bolak-balik menatap permen yang baru saja berpindah tangan dan sosok Y/n yang mendadak dikelilingi banyak cahaya—imajiner.

 

"Terima kasih banyak. Kuharap kita bisa bertetangga dengan baik." Y/n melanjutkan.

 

Amukan Garp seketika itu juga reda. Ia membungkuk sedikit sambil menggaruk belakang kepalanya, dengan rendah hati meminta maaf untuk kekacauan barusan. Sementara kedua anak bertopi sibuk bersorak senang untuk panganan manis yang berhasil dibawa pulang.

 

"Terima kasih, Y/n!" ucap Sabo.

 

"Nanti aku akan membayarmu dengan harta karun!" kalau yang ini Luffy.

 

"LUFFYY—!"

 

"GYAAAAAA!"

 

Perang yang lebih terlihat seperti kekerasan sepihak itu kembali pecah. Garp dengan gemas menarik kerah baju Luffy dan menggendongnya sebagaimana induk kucing memindahkan anaknya dengan 'menggigit' leher mereka. Sementara Sabo dan Ace nampak damai membuka pak permen dan membagi dua isinya dengan bijak. Dari atas sana, Luffy yang menyaksikan pemandangan tersebut mulai meronta.

 

"Hei! Itu permen dari Y/n untukku! Setidaknya sisakan juga untukku!"

 

"Y/n memberikannya untuk kita." Ace menimpali sambil menyeringai tipis.

 

"Aku juga mau!"

 

"Kalau begitu turun lah." Sabo berujar enteng. Matanya terpaku pada bungkusan permen dalam genggamannya, dalam hati memilih rasa yang mana yang akan dimakan duluan.

 

"Dasar, mereka ini..." Sang kakek menghela nafas. Dirinya tampak lelah menghadapi tingkah laku cucu-cucunya—lebih-lebih Luffy, si bontot yang agaknya membutuhkan perhatian ekstra.

 

Y/n yang tidak tahu lagi harus berkata apa hanya bisa terkekeh pelan.

 

Mungkin Garp tidak akan selelah ini kalau ia berhenti berteriak kapan pun Luffy bilang dia ingin menjadi raja bajak laut, namun pendapat Y/n tersebut pada akhirnya cuma berakhir di dalam kepalanya saja. Selain karena mengomentari pola asuh sebuah keluarga bukan sesuatu yang bijak untuk dilakukan, Y/n bisa merasakan kalau keempat orang itu sebenarnya saling menyayangi dan menjaga satu sama lain.

 

Mereka juga terlihat bahagia.

 

Bukankah itu yang paling penting?

 

Suara Garp yang hendak berpamitan memecah lamunan Y/n. Sekali lagi pria itu meminta maaf karena sudah mengganggu akhir pekan Y/n yang seharusnya tenang dan damai. Y/n buru-buru menyanggah, ia dengan tulus mengaku senang akan kehadiran Garp dan cucu-cucunya. Lagipula kamar 667 sudah lama kosong dan Y/n mulai berpikir kalau kamar itu lebih baik kembali ditempati. Karena Y/n mengatakan hal yang sebenarnya, Garp pun tertawa lega.

 

"Syukurlah! Nah, Y/n, kau bisa memanggil kami kapan pun kau butuh bantuan." Garp berujar sambil tangannya yang bebas menepuk kepala Ace dan Sabo satu per satu—sebuah isyarat bisu untuk mengajak cucu-cucunya pulang. "Kami akan membiarkanmu beristirahat sekarang. Sampai jumpa, Y/n!"

 

Sabo mengangkat sedikit ujung topinya sebelum beranjak mengikuti langkah sang kakek. Luffy yang masih menjadi tawanan Garp dengan polosnya melambaikan tangan ke arah Y/n.

 

"Sampai jumpa! Terima kasih untuk permennya!"

 

Y/n balas melambaikan tangan sambil tersenyum. Ia menatap Luffy, Garp dan Sabo yang bergerak menjauh sampai ia sadar hanya Ace seorang yang tersisa di ambang pintunya.

 

Y/n menatap anak tersebut penasaran, kepalanya dimiringkan sedikit sambil menerka-nerka alasan si bocah tidak ikut pulang.

 

"Ada apa, Ace?"

 

"Terima kasih."

 

Tanpa memberikan lawan bicaranya kesempatan untuk membalas, Ace langsung pergi begitu saja meninggalkan Y/n yang masih tercengang. Setelah beberapa detik berlalu, gadis itu memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

 

Kegiatan Sabtu paginya yang sempat tertunda pun dilanjutkan dengan acara membuat panekuk sederhana sebagai menu sarapan.

 

Oh ya, cuma perasaannya saja atau wajah Ace barusan memang memerah, ya?

 

.

 

Setelah menghabiskan tiga lembar kue dadar dengan sirup stroberi, siangnya Y/n mendapati ponselnya bergetar oleh sebuah email masuk dari rekan kerjanya. Y/n menutup novel yang tadi sedang dibaca dan beralih meraih benda ajaib yang berhasil terbeli setelah menabung selama tiga bulan tersebut. Kontak seseorang yang nama tampilannya mengingatkan Y/n akan sesosok gadis cantik berambut biru menjadi hal pertama yang ia lihat kala iris (e/c) miliknya terpaku pada layar.

 

From: Nefertari-san

Kuharap kabar ini tidak mendadak.

Rapat untuk proyek majalah Doskoi Panda maju dua jam dari yang sudah direncanakan.

Hari Senin nanti tolong datang lebih awal ke kantor ya, Y/n-chan.

 

Y/n bergumam sebentar sebelum mengetik balasan berisi konfirmasi positif. Tentu dengan menggunakan bahasa yang sopan, sebab selain karena Y/n menjunjung tinggi profesionalitas, tidak semua karyawan magang di kantornya seberuntung itu untuk dapat bekerja di bawah supervisi Nefertari Vivi. Y/n juga tidak akan pernah bisa hadir dalam diskusi proyek maha besar dengan Doskoi Panda—perusahaan fesyen ternama yang produknya high-end semua—itu kalau bukan karena sang editor sendiri yang meminta.

 

Entah apa yang telah Y/n lakukan sebelumnya hingga dewi fortuna berpihak kepadanya kali ini. Tapi untuk menjadi hebat seperti Vivi, Y/n telah memutuskan untuk berusaha sebaik mungkin!

 

Pesan Y/n yang menyangggupi permintaan Vivi dibalas dengan sebaris kalimat 'Mari lakukan yang terbaik!' dan sebuah emoji senyum. Y/n menyudahi percakapan dengan tidak mengirimkan apa-apa lagi kepada atasannya itu. Sebagai gantinya, Y/n beranjak dari sofa dan meraih laptop dari tas kerjanya.

 

Meski ini akhir pekan, tidak ada keterpaksaan ketika Y/n meninjau ulang konsep-konsep fotografi yang telah ia kumpulkan sebelumnya. Konsep-konsep itu nanti akan ia tunjukkan pada Vivi sebelum rapat dimulai. Y/n akui ia memang berharap salah satu konsepnya bisa diterima dan diajukan dalam pertemuan mendatang, tapi Y/n jauh lebih ingin mendengar pendapat editor muda berbakat itu tentang hasil pekerjaannya.

 

Jari-jari Y/n sedang menari di atas keyboard ketika sang gadis tiba-tiba saja teringat bahwa sudah tiga bulan lamanya ia magang di Rainbase Agency. Dalam kurun waktu tersebut, Y/n ingin tahu apakah kemampuannya sudah berkembang hingga titik tertentu, atau malah menurun, atau justru mentok di situ-situ terus.

 

Kemungkinan ketiga bagi Y/n adalah yang paling buruk.

 

Jadi dengan semangat menggebu-gebu, Y/n menghabiskan paruh pertama hari Sabtu dengan mengencani laptopnya.

 

Y/n baru berhenti ketika pintu apartemennya lagi-lagi terketuk. Gadis itu meregangkan badannya sebentar sebelum beranjak ke koridor yang menghubungkan ruang utama dengan pintu depan. Y/n merasa déjà vu mendapati tangannya dengan terampil membuka kunci lalu mendarat di atas kenop—setelah diingat-ingat lagi, Y/n juga melakukan hal yang sama pagi ini untuk menyambut Garp sekeluarga.

 

Y/n mengira-ngira untuk siapa ia melakukannya kali ini.

 

Pintu terbuka dalam sebuah ayunan ringan ke dalam. Mata Y/n membulat sedikit mendapati lorong apartemen yang kosong menyambut indera penglihatannya. Ia nyaris menarik kesimpulan kalau ketukan barusan adalah perbuatan iseng kalau sebuah suara yang familiar di telinga tidak buru-buru menghentikannya.

 

"Yo, Y/n!"

 

Menunduk ke bawah, Y/n mendapati sesosok tuyul nyengir ke arahnya.

 

"Luffy?"

 

Sang pemilik nama dengan enteng memamerkan deretan gigi putihnya melalui sebuah senyum lebar. "Selamat siang!"

 

"Siang...? LHO, sekarang sudah siang?!"

 

Di hadapan anak kecil itu Y/n mengekspresikan rasa terkejutnya. Melirik ke arah jam yang menggantung di dinding koridor rumahnya, Y/n tidak berhenti melongo mendapati waktu sudah menunjukkan pukul satu lewat. Tangan Y/n yang bebas lantas digunakan untuk menepuk dahi sendiri pelan. "Lagi-lagi kebablasan kerja," ia bergumam dengan sedikit penyesalan dalam nadanya.

 

Luffy yang melihat pun tak ayal bertanya, "Ada apa? Kau belum makan?"

 

"Belum. Aku mungkin juga tidak akan makan malam kalau kau tidak datang mengetuk pintuku."

 

Y/n tersenyum tipis sambil mengelus kepala Luffy yang terhalang topi. Bocah itu tertawa senang, tangan-tangannya yang kecil memegangi pinggiran topinya supaya tidak terjatuh.

 

"Jadi kau akan makan sekarang?"

 

"Yup."

 

"Kau bisa memasak?"

 

"Uh... kurang lebih, tapi yah, aku bisa."

 

"Apa menu makan siangmu?"

 

Baru pertama kali ini Y/n dibrondong banyak pertanyaan tentang manajemen konsumsi pribadinya oleh seorang anak dengan mata yang berbinar antusias. Merasa aneh karena dirinya akan berbagi rencana makan siang dengan Luffy, gadis itu menggaruk pipinya yang tidak gatal sembari memutuskan resep mana yang akan diolahnya nanti.

 

Setelah beberapa saat berlalu, penantian si kecil akhirnya membuahkan hasil.

 

"Tori katsu dan nasi," senyum canggung tersungging di wajah Y/n yang manis. "Bagaimana menurutmu?"

 

Luffy mengepalkan kedua tangannya. Air liur terlihat merembes keluar dari sudut mulutnya. "Uwaahhh! Terdengar enak!"

 

"Hehe..."

 

Y/n terkekeh pelan.

 

Sosok mungil di hadapannya tidak merespon apa-apa lagi, tapi ia terus menatapnya dengan antusiasme yang sama.

 

Terus begitu. Hingga satu menit penuh nyaris berlalu.

 

"Luffy... apa kau mau bergabung denganku?"

 

"Tentu saja mau!"

 

Dengan demikian, untuk pertama kalinya, Y/n membiarkan sesosok tuyul kelaparan masuk ke dalam apartemennya untuk makan siang bersama.

 


 

To be continued (beneran)

Setelah bolak-balik revisi dan menambahkan ini-itu, Chapter 1: Perkenalan dinyatakan tuntas!! *ketok palu*

 

Fict ini juga rencananya akan diunggah ke FFn. Berhubung di sana ada sudah fitur review anonim. Mohon dukungannya! (Update: sudah diunggah ke FFn! Silahkan klik di sini)

 

Terima kasih banyak sudah membaca! Sampai ketemu di Chapter selanjutnya~!