#LOOCALISM : 1st WRITING EVENT
Ditulis oleh Adam Walton
Hari sudah sangat larut, jam dimana orang-orang normal sudah tertidur nyenyak di atas ranjang mereka. Namun hal itu sepertinya tidak berlaku untuk pria bersurai hitam arang yang sedang duduk sendirian ditemani oleh minuman-minuman di atas meja seolah menertawainya yang sedang terdiam melamun. Sebenarnya, ia tidak benar-benar sendirian tadinya, satu jam yang lalu ayahnya datang untuk menemaninya.
Hari ini, di tanggal yang sama yaitu tanggal 25 November. Sudah terhitung empat tahun pria itu tak bisa tidur nyenyak setelah kejadian yang tidak bisa ia lupakan dalam hidupnya, malam dimana hujan seolah turut berduka untuknya. Berduka untuk kepergian cintanya, ibu dari anaknya.
Malam itu dunia seperti akan runtuh saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Rosie- kekasihnya yang saat itu baru saja menjalani operasi demi melahirkan anak mereka, tewas dengan keadaan yang sangat mengenaskan di atas ranjang rumah sakit.
Sudah empat tahun lamanya juga ia mencari-cari siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas kematian calon istrinya, namun hasilnya tetap nihil. Ia sudah menuntut pihak rumah sakit dan membuat rumah sakit tersebut bangkrut namun tetap saja ia tidak menemukan bukti apapun, bahkan rekaman hasil CCTV rumah sakit di malam itu juga hilang bak ditelan bumi.
Suara deringan ponsel membuat lamunannya buyar, ia merengutkan alisnya ketika melihat nomor yang tidak dikenal terpampang di layar ponselnya mengajukan persetujuan untuk video call. Ia memegang kepalanya yang pusing akibat terlalu banyak minum, karena penasaran ia pun langsung menggeser tombol berwarna hijau dan membenarkan posisi duduknya.
"Ayah?!" Adam membolakan matanya terkejut saat melihat ayahnya dengan penampilan yang sudah tidak bisa dikatakan 'baik-baik saja'. Keadaannya sangat berantakan dengan badan yang terikat di kursi tua.
Video call tersebut tidak berlangsung lama, tidak sampai 5 detik sambungannya sudah dimatikan sepihak oleh sang penghubung. Seperti sengaja hanya untuk memberi tahu Adam kalau ayahnya sedang dalam bahaya.
Baru saja ia akan mengetikkan pesan, nomor itu terlebih dahulu mengirimkan lokasi dan sebuah pesan yang berbunyi; 'Datanglah sendirian ke tempat itu jika ingin ayah mu selamat.'
Adam membacanya dan mencoba menelpon nomor tersebut yang ternyata sudah tidak aktif. "Sialan," ujarnya.
Tanpa fikir panjang Adam langsung menyambar jaket kulitnya dan memakainya, ia terburu-buru menaiki mobil dan mengendarainya dengan kecepatan penuh ke lokasi yang dikirim oleh nomor tersebut.
Tak lama kemudian ia sampai ke tempat yang dituju, terdapat mansion tua yang sepertinya sudah tidak berpenghuni. Kedatangannya disambut oleh hawa dingin yang sangat tajam.
Ia memarkirkan mobilnya dan turun menuju pintu utama mansion tersebut. Adam mendorong pintunya dan masuk tanpa menyadari ada sepasang mata yang memperhatikannya dari jauh.
Pencahayaan di ruangan tersebut sangat minim, hanya ada satu lampu redup yang menyala. Namun ia yakin sekali dengan apa yang ia lihat, ayahnya yang duduk terikat tidak sadarkan diri di kursi tepat di tengah ruangan hampa dan berdebu tersebut.
Adam mendekati ayahnya yang tampak tak sadarkan diri, ia hendak melepaskan ikatannya sebelum melihat sebuah foto yang terlihat sengaja dibingkai dan tergantung di dinding tepat di belakang ayahnya.
Fotonya bersama Rosie, foto terakhir mereka dengan wajah kekasihnya yang dicoret menggunakan cat merah yang mirip seperti darah.
Dia mendekati dinding tersebut dan menatap foto itu. "Siapa yang melakukan ini?! Keluar kau sialan!" Adam berteriak murka sambil mengedarkan pandangannya.
Tangannya terulur hendak menurunkan foto tersebut, namun saat ia menariknya, ia menemukan sebuah berangkas tersembunyi di balik foto itu.
Terdapat 6 digit kode acak dengan sebuah kalimat yang tertulis di atasnya yaitu, 'Hari dimana nyawa seorang wanita yang ditukar untuk menyelamatkan nyawa seorang bayi malang yang tidak berdosa'.
Bak mendapatkan sebuah petunjuk yang telah lama ia cari, Adam dengan yakin menyusun digit kode tersebut, '112515' yang berarti 25 November 2015, hari dimana ia kehilangan cintanya.
Dan benar saja, berangkas tersebut terbuka. Betapa terkejutnya Adam saat menemukan sebuah gaun dan pisau. Adam masih ingat dengan jelas, ia yakin gaun putih tersebut adalah gaun yang dikenakan oleh Rosie- kekasihnya di malam itu.
Adam memegang gaun putih penuh darah yang sudah kering tersebut. "Bagaimana bisa ada di sini?" Adam saat ini sangat terkejut dan kebingungan.
Ia diam menatap gaun putih tersebut saat merasakan ada sebuah tangan yang menyentuh bahunya. Saat ia menoleh, kepalanya hampir akan dihantam oleh benda tumpul kalau saja seorang wanita tidak datang dari arah pintu dan menembak pria itu.
"A-ayah...Ibu?" Ia menatap pria yang sudah tergeletak di lantai dan wanita yang berdiri di ambang pintu itu bergantian. Entah sejak kapan ayahnya sudah terlepas dari ikatan dan berdiri tepat di belakangnya sambil memegang sebuah tongkat baseball.