JustPaste.it

Seberapa Pantas

User avatar
ubur-ubur @simpysimp · Mar 1, 2022 · edited: Mar 2, 2022

Sabo sang Revolusioner. Pria (tulen) berambut pirang dengan luka di mata kirinya. Dihargai sebesar 602 juta Berry oleh pemerintah dunia—atau setara dengan 65 miliar jika dikonversikan ke dalam rupiah, anggap saja selingan ini penting—membuat makhluk Tuhan paling indah itu harus hidup dalam pelarian. Sabo sendiri tidak masalah berpindah-pindah tempat setelah menyelesaikan misi demi misi, hanya saja ia tidak sadar selalu ada sepasang tangan yang meremas poster buronannya gemas sambil mendengus frustasi.



 

Seberapa Pantas?

a One Piece fanfiction (songfic?) written by (sekarang jadi Oreo)

 

DISCLAIMER: Kalau One Piece punya saya, Portgas D. Ace tidak akan berstatus almarhum di Wikipedia | Seberapa Pantas oleh Sheila On 7 dengarkan di sini

 

WARNINGS: OoC, Saboxfem!Reader, reader adalah salah satu anggota pasukan revolusioner

 


.

.

.

 

Seberapa pantaskah kau untuk kutunggu?

Cukup indahkah dirimu untuk s'lalu kunantikan?

Mampukan kau hadir dalam setiap mimpi burukku?
Mampukah kita bertahan di saat kita jauh?


Seberapa hebat kau untuk ku banggakan?
Cukup tangguhkah dirimu untuk selalu ku andalkan?
Mampukah kau bertahan dengan hidupku yang malang?
Sanggupkah kau menyakinkan di saat aku bimbang?

 

.

 

Pelaku peremasan poster tidak lain dan tidak bukan adalah Y/n. Wajah rupawan milik orang paling penting nomor dua dalam Pasukan Revolusioner itu terlihat menyebalkan dengan ujung bibirnya yang naik sedikit seolah-olah sedang mengejek sang puan. Angka bernominal besar yang tercetak di bawahnya sekali lagi mengingatkan Y/n bahwa Sabo adalah opsi terburuk jika ia masih menginginkan figur kekasih yang selalu ada di sisi 24 jam sehari, tujuh hari sepekan.

 

Bertemu secara langsung saja keduanya jarang. Y/n lebih sering memandangi ruang kerja sang Kepala Staff yang tak berpenghuni sambil mengira-ngira apa yang sedang dilakukan empunya di luar sana. Jika rasa rindunya terlampau besar untuk disimpan sendirian—seperti saat ini, contohnya—Y/n akan diam-diam melipir ke sudut markas yang jarang dilewati orang. Ia kemudian membuka semua potongan kertas tentang Sabo yang berhasil ia kumpulkan; entah itu selebaran bounty atau artikel WENP yang digunting bagian pentingnya saja, lalu menghabiskan waktu mengamati semua yang bisa dijangkau mata (e/c) miliknya sampai Y/n puas.

 

Rambut pirang belah tengah dan kemeja biru tua yang nampak jika tidak sedang terhalang oleh jubah menjadi pemandangan yang mulai Y/n hafal di luar kepala. Menilai betapa penampilan fisik Sabo mendekati sempurna—bahkan sudah mencapai taraf sempurna, menurut praktis Y/n—gadis itu tidak akan terkejut jika suatu hari nanti ada seorang penyair dengan senandung cinta termerdu di telinga mengaku bahwa Sabo adalah inspirasinya. Pria itu begitu indah dan tampan sampai hati Y/n terasa nyeri hanya karena mengingatnya.

 

Mungkin ketika Tuhan membagikan aspek good looking, Sabo mengantri di barisan paling depan, lalu ia meraup semuanya hingga yang tersisa untuk Y/n hanyalah kesempatan untuk mengaguminya dalam diam.

 

Tidak adil, memang. Dengan berat hati Y/n mengakui Sabo pantas untuk menjadi penantiannya yang paling tidak pasti. Ia mengizinkannya berkeliaran di semestanya pepat sebagai sebuah entitas yang menawan namun juga menyakitkan. Sabo sang Revolusioner; dia yang membuat Y/n memutuskan terus menunggu.

 

.

 

Celakanya
Hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu
Hanya kaulah yang benar-benar memahamiku
Kau pergi dan hilang ke mana pun kau suka


Celakanya
Hanya kaulah yang pantas untuk kubanggakan
Hanya kaulah yang sanggup untuk aku andalkan
Di antara pedih aku slalu menantimu

.

Sekalinya Y/n berkesempatan untuk bertemu dengan sang pujaan hati adalah ketika Sabo tergesa-gesa menyusuri lorong markas untuk melapor kepada Monkey D. Dragon—atasannya yang misterius dan berwajah seram. Mengingat Sabo nyaris sama pentingnya dengan Dragon, Y/n lagi-lagi tidak akan heran mendapati keduanya bicara serius selama berjam-jam di dalam ruangan tertutup. Kemudian jika pembicaraannya sudah selesai, pintu akan menjeblak terbuka dan Sabo akan kembali pergi entah kemana.

Ia jarang sekali berhenti untuk menyapa Y/n. Y/n bahkan ragu apakah pria itu masih mengingatnya.

Y/n mulai melupakan suara Sabo.

Tapi Y/n tidak pernah lupa apa-apa saja yang ditulis wartawan dari segala penjuru dunia tentang sepak terjang Sabo dalam Pasukan Revolusioner. Rangkaian kata yang menggambarkan bagaimana Sabo dan rekan-rekannya membebaskan wilayah demi wilayah dari cengkraman Tenryuubito tidak bisa membuat Y/n lebih bangga lagi. Y/n selalu suka bagaimana pria itu mencintai kebebasan melebihi apapun yang mungkin ditawarkan samudra kepadanya. Sabo memilih caranya sendiri untuk hidup dan satu-satunya hal yang bisa Y/n lakukan untuknya adalah menghormati tiap-tiap keputusannya. Y/n tidak akan bertanya, tidak akan pula menentang, lagipula baik Y/n dan Sabo sudah tidak saling bicara sejak mereka pertama kali berjumpa.

Lalu Y/n tersenyum menatap punggung Sabo yang lagi-lagi bergerak menjauh. Mengetahui bahwa pria itu baik-baik saja sampai bisa berlari sekencang itu cukup membuat Y/n lega. Sebagai ganti suara sang wira yang terlanjur terkikis dari ingatan, Y/n menyimpan baik-baik sisa hal yang ia ketahui tentang Sabo di tumpukan paling atas dalam memorinya. Sehingga Y/n bisa mengenangnya lagi kapanpun Y/n merindukan sosoknya yang tidak bisa ia raih.

.

Sehingga Y/n bisa melanjutkan penantiannya yang sepi.

 

.

 

Mungkin kini kau t'lah menghilang tanpa jejak
Mengubur semua indah kenangan
Tapi aku slalu menunggumu di sini
Bila saja kau berubah pikiran

.


End.

It's Sabo month, everybody. Hop right in. The water is nice ;)