JustPaste.it

Triple The Trouble - Chapter 2

User avatar
ubur-ubur @simpysimp · Feb 19, 2022 · edited: Feb 20, 2022

Terlalu lama sendiri, baik dalam artian literal maupun harfiah, membuat Y/n tidak terbiasa melakukan sesuatu bersama orang lain di teritori yang merupakan milik pribadi. Hangout dengan teman selalu di bioskop atau pusat perbelanjaan, bertemu dengan kolega di luar jam kerja tak pernah jauh dari kafe atau restoran. Lupakan pasangan kencan karena Y/n saat ini terlalu sibuk menyesuaikan diri dengan tamu pertamanya—setelah sekian lama—yang berwujud buntalan penuh keingintahuan dan rasa lapar dengan tinggi nyaris mencapai lutut sang dara.

 

"Selanjutnya apa? Aku sudah boleh makan sekarang?"

 

"Ah! Tunggu dulu Luffy, kita bahkan belum menggoreng apa-apa—!"

 

Y/n juga tidak tahu ia hanya butuh seorang anak kecil untuk membuat dapur apartemennya jadi seramai ini.



 

Triple The Trouble!

a One Piece fanfiction written by ubur-ubur

 

.

 

DISCLAIMER: One Piece masih punya Eiichiro Oda. Non komersil.

 

WARNINGS: modern!AU, fem!Reader with kid!ASL, mungkin OoC?, harem (namun fokus utama berputar di reader/ASL), y/n: your name; h/c: hair color; h/l: hair length; e/c: eye color

 

GENRE: Slice of Life, Humor

 

SPECIAL THANKS: AlNlGMA & Shunlicious for proofreading! ♡

 

.

 

Enjoy!

 


 

Berhubung Y/n tidak memiliki persediaan topi koki, Luffy yang sempat merengek meminta kostum memasaknya sendiri akhirnya terlihat puas dengan celemek motif kepala singa yang melingkar lucu di pinggang rampingnya. Salah satu tangannya terangkat tinggi-tinggi sambil menggenggam spatula—bocah itu memasang pose ikonik sambil mendeklarasikan perang. "Shishishi! Ayo kita mulai!"

 

Sementara tuan rumah berjuang menahan rasa gemas. Gemas karena Luffy memang menggemaskan dan gemas karena Luffy benar-benar tidak bisa diam.

 

Lima menit pertama sejak keduanya menjejaki dapur, Luffy yang terlalu pendek untuk mengintip meja konter selalu mendongakkan kepala dan secara vokal mempertanyakan apa yang gadis itu lakukan di atas sana. Karena Y/n tidak tega—tidak tahan lagi—maka ia menghadiahkan Luffy sebuah kursi tinggi.

 

Si kecil memang berhenti bertanya setelahnya, tapi aktivitas bocah itu bergeser 

 

Anak berambut hitam itu memang tidak serta merta menjadi lebih tenang setelah ia duduk di sana, tapi Y/n merasa terhibur dengan antusiasmenya yang tak kunjung surut meski yang dilihat Luffy hanyalah Y/n yang sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk diolah.

 

 

 

Y/n baru saja meletakkan dua lembar dada ayam untuk didiamkan di temperatur ruangan ketika mata Luffy dirasa jauh lebih berbinar dari sebelumnya.

 

"Apakah itu daging?!" tanya Luffy. Gestur tubuhnya menunjukkan seolah-olah ia siap menerjang panganan mentah itu kapanpun Y/n lengah. Mengikuti intuisinya sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab, Y/n lantas menanggapi pertanyaan Luffy sambil menjawil hidung si kecil.

 

"Ya, tapi daging yang ini rasanya tidak akan enak kalau kau makan sekarang juga. Tentu Luffy ingin makan daging yang enak, bukan?"

 

Kepala lain di dalam ruangan itu cepat-cepat mengangguk. Y/n tertawa sejenak menikmati respon Luffy yang lucu.

 

Berharap hal ini mampu memberikan distraksi, tangan Y/n membawa tiga mangkuk berjejer di hadapan Luffy. Nampak di sudut matanya anak itu terheran-heran dengan mulut membentuk huruf 'o' kecil. Setelahnya Y/n mendekatkan dua kemasan tepung berbeda jenis. Menggunakan sebilah pisau, Y/n dengan terampil menyobek masing-masing ujungnya. Aksi sederhana itu disambut decak kagum oleh Luffy.

 

Seulas senyum lembut tanpa disadari menghias wajah Y/n.

 

"Nah, Luffy," Y/n memanggil nama anak itu. "T