JustPaste.it

FOOD IN WIZARDING WORLD

12/10/2021

__

@dmonens - G1/MS - 4071
@crayolics - G1/MS - 5008
@lmajiner - G1/MS - 5020


 

Muggle Studies Group Task.

@crayolics

 

Cuaca siang ini tidak begitu terik, melainkan sinarnya redup diantara awan-awan di langit. Hawa yang dihasilkan menjadi tidak begitu panas. Bahkan puan asal Gryffindor pun masih bersantai-santai di Ruang Rekreasi dengan bukunya tentang Muggle. “Teknologi muggle memang semenakjubkan itu ya, mereka mampu membuat hal-hal untuk kebutuhan hidupnya tanpa sihir sedikit pun.” Gumam si puan yang terkesima dengan kemampuan muggle.

 

“Tetapi… Saya pernah dengar tentang pencemaran lingkungan disana cukup parah, dan hal tersebut disebabkan oleh.. Pembuangan limbah pabrik? Mereka mempunyai pabrik? Pantas saja…” Monolognya lagi, kali ini ia melihat gambar pabrik muggle pada bukunya. “Well, it's time to go, sepertinya mereka sudah menunggu lama disana." Puan berdarah Italia itu segera bangkit dari duduknya dan membawa tasnya yang sedari tadi sudah ada di dekatnya. Ia kini berjalan keluar menuju dapur sekolahnya.

 

Jadwal sang puan hari ini salah satunya, melakukan diskusi bersama dengan teman se-asramanya juga seniornya dari Slytherin. Mereka memilih dapur karena ada beberapa hal yang akan didiskusikan berlaitan dengan kegiatan di dapur sekolah. Setibanya di dapur sekolah, para peri rumah sudah mengosongkan tempat untuknya, dengan syarat harus merapihkannya begitu selesai. Si puan pernah tidak merapihkan tempatnya di dapur, karena saat itu ia sudah telat masuk kelas.

 

"Eh? Belum juga datang ya? Baiklah, memang harus ditakdirkan untuk makan terlebih dulu, haha." Kekehnya pelan seraya mengambil beberapa kudapan yang sudah tersedia.


@lmajiner

 

Ikares mengayun langkahnya ditemani sebuah rektangular yang terbuka diatas karantala. Larik demi larik penting Ia beri garis bawah dengan pensil "sepertinya bagian ini bisa didiskusikan." Adapun yang jadi tujuan Ialah dapur yang letaknya tak jauh dari Hufflepuff. Setunggal Kenya hadir pada amatan "Mia?" Segera saja Ia menggerus yojana "Hei, sudah lama?"

 

"Kak Ken belum datang?" Tuan Elenio menyelia lamun netra tak temukan sosok seniornya itu Kemudian dengan segala kepayahannya berbasa-basi, Ikares membuka Buku yang sudah Ia markahi di atas meja "Omong-omong lihat apa yang Saya temukan. Sepertinya dugaan kita soal transaksi makanan antara penyihir dan Muggle itu benar adanya" Telunjuk sang Lanang menohok sebuah kalimat yang tertera di buku. "Disini dijelaskan bahwa Granger pernah menukar uang Muggle mereka dengan dengan Galleon di Gringotts."

 

Pemuda kelahiran jerman itu menjeda ujaran sejemang, menenggak segelas lemonade arkian melanjutkan ucapannya "Jika mereka bisa menukar muggle dan galleon, tidak menutup kemungkinan ada transaksi bahan makanan antara penyihir dan muggle di dunia muggle." Tuan penyandang asma Ikares segera meluruhkan selira pada satu kursi seraya melirik arloji nan melingkar di kuasanya "Kita tunggu @dmonens saja sebelum lanjut berdiskusi, mungkin makan dulu?"


@dmonens

 

Kendrick yang sedari tadi masih menyibukkan diri nya untuk mencari sebuah buku di perpustakaan, mengingat hari ini ia akan diskusi bersama Ares dan Mia di dapur.Kedua retina nya masih mencari satu persatu buku mengenai Telaah Muggle di sebuah rak yang besar, melangkahkan kedua kaki nya untuk berpindah tempat ke rak buku lain. “Hm, ini ?” gumam nya. Jemari nya mengambil buku tersebut, Ia membuka buku nya setiap perhalaman. membaca nya dengan fokus dan senyum terukir dari bibir nya. “Ah ini.” Setelah mendapatkan nya, kedua langkah kaki nya menuju dapur untuk bertemu dengan Ares dan Mia, Cuaca hari ini terasa panas.

 

Di lewati nya beberapa lorong kastil, Ken melirik arloji nya dan mempercepat langkah nya. “Semoga tidak terlambat, mereka sudah menunggu.” ucap nya. Sesampai nya di dapur, Ia mengatur nafas sebentar dan membenarkan kacamata yang Ia pakai. di rasa nafas nya mulai stabil, Ken berjalan kembali menghampiri Ares dan Mia. Menggeser kursi yang kosong dan meletakan sebuah buku besar mengenai telaah muggle di atas meja. “Ares, Mia maaf seperti nya saya telat dan ini saya bawakan buku untuk tambahan tugas kita.” ujar nya yang masih mengatur nafas dan menduduki kursi itu. 
Baru saja meneguk kopi susunya, sosok yang ia tunggu sudah memunculkan batang hidungnya. “Hey, Res. Belum lama kok, saya kebetulan masih bersantai, langsung mulai saja yuk.” Ajak si puan seraya mengeluarkan perkamennya serta buku yang ia baca tadi di Ruang Rekreasi. ⠀

 

Sembari sang wira membahas bahan diskusi untuk hari ini, si puan mendengar suara berat lainnya yang tak lain ialah seniornya sendiri. “Ah, kak Ken ternyata. Langsung duduk saja kak, tidak apa. Minum atau makan dulu ya kak.” Tawar si puan. ⠀

 

Kini, Mia mulai membalas dugaan yang sedari tadi sudah dijelaskan oleh temannya. “Boleh juga sih, saya juga memikirkan hal ini. Tetapi, seorang penyihir tidak mengerti sistem keuangan muggle? Bahkan ayah Ron Weasley pun belum pernah melakukan hal itu. ⠀

 

Sebelum melanjutkan, ia meneguk minumnya terlebih dulu. “Kalau dari saya pribadi, penyihir dapat menanam tanaman sendiri. Seperti Hogwarts yang memiliki perkebunan, salah satu tanamannya berupa kubis. Lalu di transformasikan ke bentuk yang kita inginkan.” Lanjutnya.

 


@lmajiner

 

Sang Tuan menuang segelas minuman untuk kemudian diagih pada Ken, Seniornya. "Minum dulu?" Dan baru saja hendak memindai deretan lema dalam eksemplar yang dibawa Ken, suara Mia memberi respon malah menyapa rungunya.

 

"Ah. Banyak keluarga penyihir yang tak paham masalah uang muggle? Kebetulan Saya half-blood, dan sebelum kesini, Ayah Saya menukar GB£174 juta/US$250 juta dengan sekitar 34 juta Galleon" Ikares menyandarkan punggungnya pada seliri.

 

"Goblin-goblin itu licik. Mereka berhasil mengembalikan uang Muggle ke dalam peredaran. salah satu caranya? Tentu saja transaksi bahan makanan" Imbuhnya. "Hm? Penyihir menanam sendiri bahan makanannya?" Ikares terdiam memutar minda "Masuk akal, Mia. Bila hogwarts saja membudidayakan tanaman muggle, keluarga weasley memiliki peternakan ayam sendiri. Bukan kemustahilan penyihir lain melakukan hal yang sama."

 

Untuk tak seberapa lama sang Tuan membatu, mencoba mengingat kembali materi hukum Gamp "Jadi bahan makanan tadi diolah dengan transfigurasi ya? Kalau menurut buku yang @dmonens sudah baca bagaimana? Mungkin ada petunjuk siapa yang mengolah, dan ketetapan hukum gamp bagaimana?"

 

Ken menerima sugguhan segelas air dari Ares, meneguk nya hingga habis. Ken mulai membuka buku yang ia bawa dari perpustakaan. "Di buku ini tidak tertulis mengenai hukum gamp, seharus nya saya mengambil buku transfigurasi juga." 

 

"Tetapi yang saya ingat mengolah makanan dengan menggunakan hukum gamp itu makanan dapat di panggil, dilipatgandakan, dan di transformasikan." ujar nya dengan mencoba mengingat kembali hukum gamp. "Tetapi harus di perhatikan juga dengan pelipatan gandaan nutrisi makanan bisa hilang." Jemari sang adam membuka halaman pada buku yang ia bawa, dan membaca nya. "disini tertulis bahwa sebagian besar wilayah sihir didirikan di sekitar wilayah Muggle misalnya Godric's Hollow"

 


@crayolics

 

Jemala si puan mulai mengangguk saat temannya kembali menjelaskan perihal tempat konversi galleons ke mata uang muggle. “Untuk half-blood mungkin tidak masalah ya dengan sistem uang muggle, hanya saja saya tidak yakin dengan pengetahuan penyihir darah murni terkait sistem uang muggle. Karena mereka juga tidak memiliki pengetahuan akan sistem uang muggle.

 

Tetapi, saya baru ingat kalau Squib, penyihir yang tidak bisa melakukan praktik sihir, itu dapat beradaptasi dengan lingkungan muggle hingga mempelajari sistem uang muggle juga.” Mia sesekali berhenti untuk memakan kue yang baru saja matang.

 

“Jadi, Squib ini bisa saja yang membeli bahan-bahan makanan di toko-toko muggle, lalu mendistribusikannya pada restoran, pub, ataupun toko-toko sihir lainnya yang membuka usaha di bidang makanan. Oh! Tak hanya Squib, house-elf juga berperan dalam membuat makanan.” Jelas si puan sambil mengunyah. ⠀

 

Setelah selesai menelan kuenya, Mia kembali menjelaskan. “Seperti di dapur sekolah kita ini, house-elf diberi tugas untuk membuat dan menyediakan makanan. Jika house-elf berada di dunia muggle, mungkin saja mereka memakai kemampuan mereka untuk mendapatkan bahan-bahan makanan di toko-toko muggle, seperti kemampuan ber-apparate mereka yang dapat berpindah sesuai yang mereka inginkan. Bagaimana menurut kalian? Apakah masih ada yang ingin ditambahkan?” Tanya si puan. 

 

"Baiklah. Untuk sumber bahan makanan agaknya sudah jelas dan rinci. Namun ada baiknya kita buat konklusi" ujar seraya menutup bacaannya. "Disini terdapat perbedaan penyediaan pula pengolahan makanan antara muggle dan dunia sihir" Ia menilik durja dua kantinya secara bergantian sebelum melanjutkan opini. "Muggles tidak bisa mengolah dan menyajikan makanan secara cepat sesederhana penyihir menggunakan ayunan tongkat, tapi begitulah cara Muggles hidup" Elenio tiba-tiba teringat ujaran Ken beberapa saat lalu lantas kembali mengungkit Gamp.

 

"Benar, Kak. Karena setiap menggandakan makanan, rasa dan nutrisinya terus dibagi sebesar makanannya. Jadi bila dilakukan banyak kali akan hambar." Melihat beberapa peri dapur melakukan tugasnya, menakhlik tanjakan kuriositas sang Jaka.

 

"Omong-omong, bagaimana tentang penyediaan dan pengolahan makanan di dunia sihir? Saya khawatir dugaan Saya salah, apa kak Ken bisa jabarkan?" Dengan antusias penuh Ia mengalih atensinya pada @dmonens. "Sebab Saya sempat berpikir ada transaksi nomaj-penyihir di Grimmauld Place."

 

Ken mengangguk saat mendengarkan penjelasan dari mereka, jemari nya membuka halaman baru. “Nah kalau dari cara penyediaan makanan dari dunia sihir adalah tidak ada supermarket di sini untuk menyediakan bahan bahan makanan.”

 

“Lalu bahan mentah makanan tidak bersumber dari pertanian, perternakan bahkan perkebunan khusus.” tutur nya dan membuka halaman selanjut nya, kemudian menjelaskan kembali. “sedangkan untuk pengolahan memerlukan sihir untuk membuat makanan.” 

 

“Dan tidak ada pabrik untuk membuat makanan atau minuman.” Ujar nya, Ia menggeserkan buku besar itu ke arah dua teman nya. Melihat ke arah teman-teman nya. “Nah menurut buku sih gitu, bisa tidak buat jadi tambahan materi nya?.” 

 

Setelah menuliskan beberapa konklusi terkait sumber makanan penyihir, puan keturunan Italia-Rusia itu kerap memikirkan perbedaan penyajian dan pengolahan terhadap makanan dalam versi muggle, mengingat si puan berdarah half-blood. “Benar. Saya setuju apa yang dipaparkan Kares. Memang betul di dunia muggle itu serba teknologi dan mandiri. Juga, baru-baru ini terdapat minuman dengan topping yang unik, yaitu boba. Mungkin saat liburan semester, saya bisa membelikannya untuk kalian, haha.” Kekehnya.

 

“Intinya, perbedaan mencolok terhadap penyediaan dan pengolahan makanan antara muggle dan penyihir dapat dilihat dari teknologi yang dimiliki muggle, juga sihir yang dimiliki penyihir. Dari hal tersebut sudah berbeda, apalagi penyediaan dan pengolahannya.” Lanjutnya. “Ah iya! Untuk sumber makanan penyihir, konklusi singkatnya, dapat distribusikan lewat Squib atau dengan bantuan house-elf, mengkonversikan uang di Grimmauld Place untuk half-blood atau no-maj. Terakhir, memiliki perkebunan pribadi seperti di Hogwarts.” Tutup si puan. ⠀

 

Karena hari sudah semakin malam, Mia menyudahi sesi diskusi mereka. “Kita sudahi saja ya diskusinya? Keseluruhan yang kita bahas sudah saya ringkas dan dapat dikumpulkan sekarang ke Professor Maia. Terima kasih untuk kontribusinya!” Ucap si puan dengan tersenyum.  Setelahnya, Mia membereskan tempatnya yang ia pinjam atas izin house-elf. Ia juga menutup bukunya dan mengumpulkan piring-piring serta gelas kotor ke tempat pencucian. Teman-teman sekelompoknya pun mulai berpamitan untuk kembali ke asrama. ⠀

 

Tak lupa ia berpamitan dengan si Anne, house-elf yang ia selalu repotkan tetapi entah mengapa selalu bersabar. Lalu, Mia berjalan keluar dapur dan melangkahkan kedua tungkainya ke kantor sang pengampu untuk mengumpulkan tugasnya.

        

by. SLYFFINDOR TEAM.