JustPaste.it

Bahasa Sanskerta merupakan leluhur bahasa Yunani, Romawi, Jerman, Slavia, Polandia, Latin, Inggris dan lain-lain yang termasuk rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa Sansekerta pertama kali digunakan oleh bangsa Arya dan tumbuh di sekitar sungai Danao kira-kira di Utara pegunungan Kaukasus. Entah apa yang menyebabkan penutur bahasa ini meninggalkan tempatnya menuju semenanjung Balkan. Selanjutnya mereka menyebar ke Barat dan ke Timur. Yang ke Barat menurunkan bahasa Yunani, Romawi, Jerman, Slavia, dan lain sebagainya; sedangkan yang ke Timur dalam perjalanannya sampai di India.

 

Di India bahasa Sanskerta tumbuh dengan pesat. Pada abad IV di India lahir seorang ahli bahasa dunia yang terkenal, yaitu Panini. Beliau pertama kali berhasil menyusun hukum-hukum tentang bahasa Sanskerta yang dapat membedakan antara akar kata dan kata, bagaimana cara membentuk pangkal kata dan sebagainya. Yang jelas, Panini boleh dikatakan sebagai ahli tata bahasa Sanskerta. Buku karagan Panini disebut Astadhyayi 'delapan bab' ditulis dalam sebuah kode atau meta-bahasa yang boleh disamakan dengan sistem matematika yang diciptakan oleh para ilmuwan Yunani pada abad yang hampir sama.

 

Bahasa Sansekerta memiliki susunan yang lebih rapi dan terang, serta lebih mudah dipisah-pisahkan. Oleh karena itu pada abad XIX bahasa Sanskerta selalu dipelajari oleh ahli bahasa Eropa untuk pemahaman yang lebih jelas dan mendalam tentang bahasa Latin dan Yunani. Karya Panini tersebut masih dipakai sebagai dasar untuk memahami dan menganalisis tata bahasa Sanskerta. Sistem analisa tersebut terlalu rumit untuk diterapkan dalam perkuliahan ini, akan tetapi semua aturan tata bahasa Sanskerta yang dipelajari sekarang tatap berpegang pada karya Panini dan komentar-komentar dari Patanjali dan Katyayana yang hidup beberapa abad setelah zaman Panini.

 

Bahasa Sansekerta cukup diagungkan dan banyak dipakai untuk keperluan agama serta ilmiah. Dalam perkembangannya, Bahasa Sansekerta dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

 

  1. Vedic Sanskrit adalah bahasa yang digunakan dalam veda. Bahasa Sansekerta jenis ini dianggap lebih kuna dan dianggap berhubungan dengan semua hal sakral di India karena berkaitan erat dengan pelaksanaan Homa-Yadnya dan buku-buku Catur Veda ditulis dalam bahasa Sansekerta Veda.
  2. Classical Sanskrit adalah bahasa Sanskerta yang dipakai dalam sastra-sastra Hindu dan filsafat yang mulai berkembang abad ke-8 sebelum masehi.
  3. Hybrida Sanskrit adalah bahasa Sanskerta yang sudah mendapat pengaruh dari bahasa yang berkembang.

 

Dalam perkembangan selanjutnya Classical Sanskrit/ bahasa Sanskerta klasik dipakai untuk menuliskan ribuan malahan jutaan teks-teks yang memuat ilmu filsafat, kesusastraan, yadnya, ilmu eksakta, astrologi, astronomi, matematika, dan ilmu lainnya. Sekitar abad ke-6 sebelum masehi, para pakar bahasa Sanskerta yang tinggal di lembah sungai Gangga mulai merasa resah melihat kecenderungan bahasa Sansekerta yang mereka pelihara mulai bergeser dari bentuk yang ditemukan pada catur veda, maka dari itu timbulah perhatian terhadap ilmu fonetik yang dipakai sampai sekarang.

 

Tidak lama kemudian timbul pula sebuah aliran filsafat dan analisa yang bernama vyakarana yang khusus dikembangkan untuk meneliti tata bahasa Sanskerta secara ilmiah. Perlu diketahui bahwa sebenarnya teks-teks bahasa Sanskerta tidak ditulis sampai beberapa abad setelah Panini. Sejak perkembangan catur Veda dan selanjutnya, pengajaran bahasa Sanskerta diajarkan dengan teknik menghafal yang sangat cerdas, sehingga pemakaian teks-teks tertulis tidak dianggap terlalu penting untuk belajar hal-hal yang dapat dituliskan dengan bahasa Sanskerta; misalnya masalah ilmu pasti, matematika yang dinamakan “trigonometri” selalu dihafal oleh siswa-siswa ilmu matematika di India dibandingkan dengan membaca buku-buku pegangan.

 

Perlu juga diketahui, bahwa dalam perjalanannya ke Indonesia khususnya ke Bali, bahasa Sansekerta sangat berpengaruh sejalan dengan masuknya agama Hindu sekitar tahun 400 sebelum masehi.

 

Aksara adalah sebuah “sistem simbol visual” yang tertoreh pada satu media, memiliki fungsi untuk mengungkapkan unsur-unsur yang mengekspresikan suatu bahasa. Jika istilah lain untuk menyebut “aksara” adalah ‘sistem tulisan,’ maka alphabetical (alfabet) dan abjad adalah istilah berbeda, yaitu merupakan tipe aksara berdasar klasifikasi fungsional. Pada suatu aksara ada unsur-unsur lebih kecil, antara lain; grafem, huruf, diakritik, tanda baca, dan lain-lain.

 

Secara etimologi asal-mula “aksara’ adalah dari bahasa Sanskerta yang berakar pada kata “a” dan “kshara.” “A” memiliki arti ‘tidak,’ sedangkan “kshara” memiliki definisi “termusnahkan”. Selain itu, aksara acapkali juga diistilahkan dengan “huruf” dan juga “abjad,” yang memiliki definisi sebagai lambang bunyi (fonem).

 

Dari definisi dua akar-kata di atas, maka arti aksara adalah sesuatu yang kekal, langgeng, ataupun tak termusnahkan. Alasan “kekal” sebab aksara memiliki peran demi mendokumentasikan serta mengabadikan satu peristiwa kedalam bentuk tulis. Hal ini sangat bisa dipahami tatkala kita bisa mengamati banyaknya aksara yang tertoreh pada masa lampau. Sebagai contoh adanya aksara yang ditatah pada batu, dicoretkan di atas daun lontar, serta diukir di permukaan lempeng tembaga, menjadi bukti kita bisa menemukan dokumentasi sejarah masa lampau, baik itu tentang kesuraman ataupun mengenai kejayaannya.

 

Aksara yang tersebar di beberapa penjuru dunia kerap memiliki perbedaan dari bentuk grafem, huruf, diakritik, sampai tanda baca. Hal ini dikarenakan Setiap daerah atau wilayah memiliki waktu yang berbeda dalam menciptakan atau mengembangkan sistem tulisan. Jadi, alasan mengapa Aksara Sansekerta kerap memiliki perbedaan yang amat mencolok di beberapa wilayah dunia, disebabkan karena perbedaan waktu penggunaan atau pengembangan sistem tulisan.

 

Aksara kerap dihubungkan dengan bunyi, bunyi dan aksara di sini maksudnya untuk menampilkan bunyi-bunyi yang dimiliki oleh bahasa Sanskerta disertai dengan penulisannya sesuai dengan aksara yang dipakai sarana untuk menuliskan bahasa Sanskerta, yaitu aksara devanăgarī. Bunyi-bunyi bahasa Sanskerta terdiri atas 48 bunyi, yaitu:

 

  1. Vokal (svāra) sebanyak 15 buah.
  2. Konsonan (vyaňjana) sebanyak 33 buah.

 

Huruf Vokal (स्वर = svar)

Aksara

Bunyi

Penerapan pada konsonan (contoh Huruf  = p)

Keterangan

a

Secara “default” semua konsonan dalam Bahasa Hindi mempunyai bunyi “a” (pa, ba, ma, dsb)

aa (a panjang)

पा

 

i

पि

 

ee (i panjang)

पी

 

u

पु

 

oo (u panjang)

पू

 

e

पे

Seperti pada kata “leo”

ai / e

पै

Seperti pada kata “sendok”

o / o dengan mulut tertutup

पो

Seperti pada kata “om”

au / o dengan mulut terbuka

पौ

 Seperti pada kata “oblong”

ri

पृ

Keempat huruf ini Sangat jarang digunakan dalam Bahasa Hindi Modern

ree

पॄ

li

पॢ

lee

पॣ

 

Konsonan /  व्यंजन (vyanjan)

Aksara

Pelafalan

Keterangan

k

Dilafalkan sebagaimana “k” dalam Bahasa Indonesia

kh

Dilafalkan sebagai “क” tetapi dengan menghembuskan nafas (aspirated “क”)

g

Dilafalkan sebagaimana “g” dalam Bahasa Indonesia

gh

Aspirated “ग”

ng

Seperti pada kata bangkai

c

Dilafalkan sebagaimana “c” dalam Bahasa Indonesia

ch

Aspirated “च”

j

Dilafalkan sebagaimana “j” dalam Bahasa Indonesia

jh

Aspirated “ज”

ñ

Dilafalkan seperti pada kata “kaumnya

 (retrofleks)

Dilafalkan sebagai “t” tetapi dengan lidah yang ditekuk ke belakang

ṭh (retrofleks)

Aspirated “ट”

 (retrofleks)

Dilafalkan “d” dengan lidah ditekuk ke belakang

ḍh (retrofleks)

Aspirated “ड”

 (retrofleks)

Dilafalkan “n” dengan lidah ditekuk ke belakang

t

Dilafalkan dengan lidah menyentuh gigi depan

th

Aspirated “त”

d

Dilafalkan dengan lidah menyentuh gigi depan

dh

Aspirated “द”

n

Seperti “n’ dalam Bahasa Indonesia

p

Seperti “p” dalam Bahasa Indonesia

ph

Aspirated “प”

b

Seperti “b” dalam Bahasa Indonesia

bh

Aspirated “ब”

m

Seperti “m” dalam Bahasa Indonesia

y

Seperti “y” dalam Bahasa Indonesia

r

Seperti “r” dalam Bahasa Indonesia

l

Seperti “l” dalam Bahasa Indonesia

v

Huruf ini diucapkan pada pertengahan antara “v” dan “w” (tetapi terkadang juga digunakan untuk mewakili suara salah satu dari W dan V )

ś (sy)

Seperti pada kata “Insha Allah”

 (retrofleks)

Dilafalkan sebagai “sh” dengan lidah ditekuk ke belakang ( jarang digunakan dalam bahasa Hindi modern )

s

Dilafalkan sebagai “s” dalam Bahasa Indonesia

h

Dilafalkan sebagai ‘h” Bahasa Indonesia

क़

q

Seperti pada kata “Qalam” (biasa digunakan untuk kata-kata pinjaman dari bahasa Arab)

ख़

x

Seperti “ch” dalam Bahasa Jerman atau ” ح”  dalam Bahasa Arab (meskipun begitu banyak masyarakat India yang mempersamakan huruf ini dengan  )

ग़

ġ (r uvular)

Seperti ” غ” dalam  Bahasa Arab

ज़

z

Digunakan untuk kata-kata pinjaman Persia dan Arab. Walaupun demikian banyak masyarakat India yang mempersamakan huruf ini dengan “j”

ड़

 (retrofleks)

Diucapkan sebagai “r” tetapi dengan lidah ditekuk ke belakang

ढ़

ṛh (retrofleks)

Aspirated “ड़”

फ़

f

Digunakan untuk kata-kata pinjaman asing, terutama Arab dan Persia. Meskipun begitu kebanyakan penutur hindi mempersamakan huruf ini dengan  (ph)