JustPaste.it

What happens to my family document? ( tugas miss @SaraNichelleS)

By: @bangtanboy_suga

 

Sara kembali menatap selembar foto di tangannya itu dengan mata yang berkaca-kaca. 

 

Setega itukah mereka hingga merampas putri kecil kesayangannya itu darinya? Sekejam itu kah mereka memisahkan seorang ibu dengan bayi kecilnya yang belum genap sebulan umurnya? Wanita itu duduk termenung di kursi santai di teras depan rumahnya, menatap kosong ke pekarangan di seberang.

 

 Cahaya mentari pagi dengan hangatnya menerpa kulitnya yang pucat, walaupun begitu, tetap saja seluruh tubuhnya terasa dingin seperti Alaska. Tidak akan ada yang dapat menggantikan kehangatan itu selain putri kecilnya, Mandy. 

 

Kemana ia harus mencari gadis kecil kesayangannya itu? Semenjak kepergian suaminya Dean, Sara tak punya siapapun di dunia ini. Tak ada kerabat dekat yang ia kenal yang masih hidup. Setidaknya tak ada...... 

 

Ah, Sam Winchester. 

 

Adik lelaki Dean itu menghilang begitu saja seusai upacara pemakaman mendiang suaminya. Tepat sehari sebelum Sara dibawa ke rumah bersalin untuk mengantarkan putri kecilnya ke dunia. 

 

Mencurigakan? Ia tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Bahkan, ia tak pernah memikirkan apapun selain Mandy. Hanya ada Mandy dan Mandy yang ada di pikirannya. 

 

Sara mulai beranjak dari tempat duduknya. Ia sadar, hanya termenung saja tak akan mengembalikan gadis kecilnya itu padanya. Ia harus melakukan sesuatu, apapun itu. Semakin lama ia membiarkan putrinya lepas darinya, semakin kecil kemungkinan ia akan dapat berjumpa dengan putrinya lagi. 

 

Ia segera membongkar lemari pakaian di dalam kamarnya, mencari-cari sebuah buku yang pernah dibawa-bawa oleh mendiang suaminya saat berburu. 

Dapat.

 Sara segera membolak-balik halamannya, matanya memindai seluruh informasi yang tertulis hingga tertuju pada suatu deretan nomer. Sara segera mengambil telepon di kamarnya dan menekan nomer-nomer itu, terlalu tergesa untuk mengeceknya dua kali. Nada sambung itu akhirnya terangkat. 

 

Dengan bibirnya yang bergetar ia mengucapkan salamnya, "Halo." 

 

"Halo, Sara," suara di ujung sana membalas dengan segera. 

"Sam," jawab wanita itu sedikit gemetar. Bulir keringat dinginnya sudah mulai menetes di pelipisnya. 

 

"Sam?" Tanya suara di seberang sambungan telepon lagi. Suaranya terdengar lebih lembut dari sebelumnya. Sara mengerutkan alisnya, apa ini? Kenapa disana terdapat suara perempuan? Bukankah ia tadi menekan nomor telepon adik iparnya? 

 

"Benarkah ini Sam Winchester?" Tanya sara memastikan. 

 

"Ah Sara, bahkan aku tak mengenal siapa Sam itu," Jawab suara perempuan tersebut. 

 

Apakah ia salah menekan tombol angka? Baiklah, siapapun yang ia hubungi sekarang, pasti pun orang itu mengenal sedikit banyaknya tentang suaminya, dan siapa tahu dapat membantu pencarian putri tercintanya.

 

 "Ah maaf, sepertinya aku salah menekan tombol angka karena terburu buru barusan. tetapi, bagaimana bisa kau mengetahui namaku? " tutur sara lembut.

 

 "Sara Nichelle Soledad winchester..Ah, siapa yang tidak mengenal anggota keluarga Winchester. kau istrinya Dean, benar?" jawab wanita itu dengan nada bersemangat.

 

 "ah, iya benar nona. Kalau boleh tahu, nona mengenal mendiang suamiku darimana ya?" 

 

Hening seketika menyelimuti percakapan di telepon tersebut, Sara semakin bingung dengan lawan bicaranya saat ini, sebenarnya siapa dia? 

 

"ah, aku Alexa. Teman Dean" jawab wanita yang menjadi lawan bicara sara tersebut. 

 

tingkat Kekhawatiran Sara pun sedikit menurun,

 

 'ah, ternyata teman Dean. Kupikir dia pasti mengetahui sesuatu tentang keberadaan Mandy'

 

 "oh, salam kenal Alexa. Bolehkah aku bertanya sedikit kepadamu. Ini menyangkut anakku" 

 

"anakmu? Wah, pasti Mandy? Ada apa dengannya? Ah aku sangat ingin bertemu dengannya, bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Alexa.

 

 "nah, itu masalahnya. Aku kehilangan putriku. Apakah kau mengenal adik Dean?" tanya Sara memulai memasuki pokok masalah. 

 

"adik Dean? Aku kurang mengenalnya, Sara. Aku hanya mengenal wajahnya. Tapi setahuku dia bekerja sebagai penyalur hasil buruan Dean kepada kepala unit pemasaran hasil hewani dari hutan" jawab Alexa.

 

 Mendengar penuturan wanita itu, Sara seakan mendapat petunjuk baru untuk mengetahui keberadaan putri kecilnya, Mandy. 

 

"penyalur? Maksudmu, hasil buruan Dean diberikan kepadanya untuk disalurkan dan ia mendapat upah dari kepala pemasaran, begitu?" tanya Sara memastikan. 

 

"hm..kurang lebih begitu. Aku pernah melihatnya pergi keatas bukit, kira-kira beberapa waktu setelah pemakaman Dean" 

 

Hati Sara mencelos mengetahui bahwa Sam, adik iparnya tertangkap basah sedang melakukan hal mencurigakan tepat setelah pemakaman suaminya. Sara segera menyambar mantel berwarna maroon-nya . Tak lupa ia mengambil tas selempang kecilnya dan memasukkan beberapa lembar uang ke dalam tas nya. 

 

"Alexa, bisakah kita bertemu sekarang? Ini masalah penting, bisakah kau antarkan aku ke bukit yang dinaiki Sam tempo waktu?" tanya Sara tergesa-gesa sambil memasukkan beberapa dokumen peninggalan Dean ke dalam sebuah map plastik. 

 

'Mungkin Sam menginginkan uang atau surat penting peninggalan kakaknya'

 

 

"apa? Tapi aku sedikit tak ingat wajahmu, Sara. Dan kita hampir tidak pernah bertemu." jawab Alexa cepat. 

 

"tak apa, aku akan menunggumu di kedai kopi pinggir kota dekat hutan, bagaimana?" 

 

"baiklah, aku akan kesana. 30 menit dari sekarang, oke? Aku akan menghubungimu jika sudah hampir sampai" jawab Alexa akhirnya pasrah dengan keinginan istri Dean tersebut.

 

 Sara segera memutuskan sambungan teleponnya dengan Alexa dan langsung bergegas menuju tempat pertemuannya dengan wanita itu. 

---

Sara duduk di pojok kedai klasik tersebut sambil terus menerus memeriksa panggilan masuk di telepon genggamnya. Sesekali ia melirik jam dinding yang terpasang pada dinding rapuh kedai tersebut. Ia ditemani oleh secangkir kopi panas dan kue kering kesukaannya. Otaknya terus dinaungi bayang-bayang Mandy.

 

'bagaimana keadaan Mandy-ku? Ah putriku yang malang. Tidak salah lagi, Sam pasti pelakunya, ia pasti sudah merencanakan ini dari jauh jauh hari. Gerak geriknya sungguh memcurigakan. Ia pasti menginginkan sesuatu dariku, ataupun Dean. Uang kah? surat penting kah?'

 

Lamunan Sara mendadak buyar oleh deringan dari telepon genggamnya, 

'Alexa' 

Sara segera mengangkat panggilan dari Alexa, "Halo, Alexa" 

 

"Sara, aku sudah sampai di depan kedai itu. Kau yang mana dan duduk dimana?" 

 

"kulitku pucat dengan rambut pirang, mengenakan mantel merah dan tas selempang hitam. Aku duduk di pojok kedai dengan kue kering dan kopi panas" jelas Sara secara rinci.

 

"ah, ya, aku melihatmu Sara, tunggu disana oke?" 

 

Sara segera mengalihkan pandangannya menuju pintu masuk kedai kopi itu, beberapa saat kemudian muncul lah seorang wanita bertubuh ramping dengan rambut pendek dan berkulit semi-gelap, dan dengan jaket kulit hitamnya masuk dan menghampiri tempat duduk Sara.

 

 "hai, Sara" sapa wanita berambut pendek-lurus tersebut sambil mendudukkan dirinya di kursi kayu depan Sara. 

 

"Alexa?" tanya Sara memastikan bahwa ia tidak salah orang.

 

 Hei, percaya atau tidak aura wanita berkulit tan itu sedikit misterius. 

"ya, ini aku. Bagaimana? Mau kuantarkan ke bukit sekarang?" jawab wanita itu ramah. 

 

'syukurlah hanya penampilannya saja yang sedikit menyeramkan, tapi sepertinya wanita ini hangat'

 

 "ah baiklah. Apakah bukit yang kau maksud berjarak jauh dari sini?" 

 

Alexa mengangguk pelan, "sedikit, tapi aku membawa mobil, jadi tenang saja". Alexa beranjak dari duduknya diikuti Sara dibelakangnya.

 

---

 

Perjalanan menuju puncak bukit sedikit hening karena, memang hawa sekitar begitu dingin dan tidak terlalu ramai, karena penduduk sekitar lebih memilih untuk menghangatkan diri di rumah masing-masing. 

 

"hm, Alexa" panggil Sara memecah keheningan.

 

 "ya?" jawab Alexa yang sedang fokus memegang kemudi. 

 

"menurutmu, kenapa putriku menghilang?"

 

 "diculik. Mungkin pelakunya menginginkan sesuatu dan menggunakan modus menculik Mandy untuk mencapai tujuannya" jawab Alexa tangkas.

 

 "mungkinkah adik iparku pelakunya?" tanya Sara gemetar. 

 

Ia sungguh tak bisa membayangkan nasib putri kecil nan cantiknya sekarang. 

 

"dia memang adik iparmu, tapi tak menutup kemungkinan dia pelakunya" balas wanita itu lagi. 

Sara hanya menganggukkan kepalanya mengerti dan kembali menatap jalanan perbukitan di depannya.

 

--- 

 

Mobil hitam Alexa berhenti di depan gubuk kayu tepat di puncak bukit tersebut. Sara mengernyitkan dahinya bingung, bagaimana bisa ada seseorang yang membangun gubuk kayu di ujung bukit yang dingin ini, bahkan di sebelah kanan gubuk itu terdapat lembah yang curam.

 

 "hanya ini satu-satunya bangunan di puncak bukit" ujar Alexa sambil mencabut kunci mobilnya. 

 

"berarti kemungkinan besar, ini tempat persembunyian adik iparku, kan?" tanya Sara, hawa hawa dingin mulai menembus kulit dan menusuk tulangnya, mantel supertebal pun seakan tak berguna.

 

 "ayo masuk, Sara. Kita harus memastikan bahwa adik Dean memang bersembunyi disini" titah Alexa, sambil berjalan mendahului Sara masuk ke dalam gubuk kayu mahoni tersebut. 

Sara mengikutinya dari belakang, saat ia memasuki gubuk itu, benar-benar tak ada secercah cahaya pun di dalamnya, benar-benar gelap gulita. Sara terus berjalan memasuki gubuk tua tersebut, hingga di tengah gubuk, ia tak lagi mendapati jejak Alexa di dekatnya. 

 

"Alexa!" teriak Sara memenuhi seluruh sudut gubuk tersebut,

 

 tak ada sahutan.

 

"Alexa!" teriaknya sekali lagi, hingga suara geraman seseorang memasuki indra pendengarannya. 

 

"Alexa! Dimana kau?!" teriak Sara lagi. 

 

Apakah Alexa disekap oleh Sam? Apakah tadi itu suara geraman Alexa? 

 

Namun, tiba-tiba cahaya lampu di gubuk itu menyala dan sedikit menusuk mata Sara. Disusul dengan suara kekehan kecil.

 

 "aku disini, Sara" jawab sebuah suara. Sara langsung memusatkan pandangannya dari asal suara.

 

 Itu Alexa! 

 

Oh, tapi kenapa di sebelah wanita itu terdapat sebuah tabung bening, dan terdapat sesuatu di dalamnya, 

 

Itu.. Mandy! 

 

jika Alexa disana, berarti yang disekap...?

 

 Sara langsung menolehkan kepalanya ke sudut gubuk tersebut, 

 

Sam.

 

 bagaimana bisa? berarti pelakunya adalah.. 

 

"halo Sara, apa kau mengenal bayi mungil ini?" tanya Alexa dengan seringai liciknya.

 

 "Alexa, kau pelakunya!" jerit Sara geram.

 

 "benar sekali, Sara"

 

 "kembalikan Mandy-ku! Cepat!" jerit Sara lagi, kali ini lebih histeris dengan tetesan air mata yang menganak sungai di pipinya, Saat kaki Sara hendak melangkah, suara Alexa kembali menginterupsinya. 

 

"Sara, sekali kau melangkah, kuputar keran air ini" ancam Alexa. 

 

'keran air?'

 

 Sara membelalakkan matanya melihat tangan Alexa sudah bertengger manis diatas keran yang jika diputar sedikit saja, airnya akan mengalir tepat diatas tubuh bayi mungil kesayangannya dan menenggelamkan tubuh putri manisnya.

 

 "jangan! Baiklah Alexa, apa yang kau mau? Jangan sakiti putri kecilku!" 

 

"surat kepemilikan tanah keluarga Winchester" jawab Alexa, 

sudah jelas ia benar benar ambisius untuk mendapatkan benda itu. namun lain dengan Sara, ia sama sekali tak mengerti maksud Alexa.

 

 "Surat? Surat kepemilikan tanah apa maksudmu?" tanya Sara bingung, air matanya masih terus mengalir. 

 

"surat di dalam amplop berwarna hijau! cepat Sara! Kau mau melihat bayimu meregang nyawa?" desak Alexa lagi. 

 

'amplop hijau? Ah, sepertinya aku memasukkan amplop itu ke dalam map berisi dokumen yang kubawa'

 

Sara sibuk membongkar map plastik bening berisi semua dokumen tersebut. Tak lama kemudian ia mengeluarkan sebuah amplop hijau lalu menunjukkannya kepada alexa dari tempatnya berdiri.

 

 "ini yang kau maksud?"

 

 Seketika mata alexa menjadi berbinar, tanda haus akan surat itu.

 

 "ya! Berikan padaku, berikan, Sara!" pekik wanita itu.

 

 Ia berjalan dengan langkah lebar mendekati Sara, tangannya berusaha menggapai amplop idamannya. Namun, saat amplop itu hampir direbut, Sara segera menendang kaki Alexa hingga wanita itu tersungkur dan sara berlari menyelamatkan Mandy. 

 

"sara nichelle soledad winchester! Jangan bergerak atau aku akan membunuhmu!" teriak Alexa sambil berusaha berdiri dan di tangan kanannya terdapat pisau lipat yang siap ia layangkan jika Sara bergerak dari tempatnya sedikit saja. 

 

"saudari Alexa, jangan bergerak!" ucap beberapa orang yang baru saja meringsek masuk ke dalam gubuk tersebut.

 

 Polisi!

 

Sara yang sebenarnya masih belum mengerti sepenuhnya tentang apa yang terjadi hanya menatap sekumpulan polisi yang sedang memborgol tangan Alexa dan mengamankannya.

 Sesosok lelaki berjalan mendekati Sara yang sedang menimang anak perempuannya dengan penuh kasih. 

 

"sam? Bagaimana bisa para polisi itu mengetahui tindakan Alexa saat ini?" tanya Sara yang baru saja menyadari keberadaan sam didekatnya

 

 "surat kepemilikan tanah itu, disana ada barcode yang dapat terhubung dalam monitor kepolisian. Keluarga kami menjaga surat penting itu turun temurun. Banyak oknum yang menginginkan surat itu, keluarga Winchester harus mengamankannya. Jika surat itu berada di sebuah tempat yang mencurigakan, maka polisi akan mencari keberadaan surat tersebut" tutur Sam sambil memasukkan sebelah tangannya pada saku celana jeans-nya. Terlihat sekali di kedua pergelangan tangan lelaki itu terdapat bekas ikatan tambang yang cukup kuat. 

 

"aku hampir saja mati karena kehilangan putri kecilku ini. Memangnya apa yang telah terjadi? Kenapa kau menghilang sesaat setelah kakakmu dimakamkan? Kenapa Alexa ingin mengambil dokumen itu?" tanya Sara bertubi-tubi.

 Sam menghela napasnya kasar, ia sendiri pun bingung harus menjelaskan dari mana.

 

"jadi begini, saat aku baru berumur 17 tahun, Dean menitipkanku surat kepemilikan tanah keluarga Winchester. Jadi selama ini, Dean melakukan perburuan hanya dalam lingkup tanah keluarga kami. Sudah sejak generasi ke 3 keluarga Winchester, tanah keluarga dijadikan hutan untuk berburu, dan pada generasi ini, aku ditugaskan untuk menyimpan surat tersebut dan menyalurkan hasil buruan keluarga kepada kepala pemasaran. Aku menghilang saat pemakaman karena sedang mencari tempat yang tepat untuk mengamankan dokumen itu, akhirnya aku menemukan gubuk ini. Aku sesegera mungkin mencari surat kepemilikan tanah di lemarimu, dan berlari ke gubuk ini lagi, tapi ditengah perjalanan, aku merasa ada yang mengikutiku, ternyata itu Alexa, ia adalah pesaing berat keluarga kami. Ia akhirnya mengambil surat itu dari tanganku dan menyekapku disini, selama 1 bulan. Gila bukan? Untungnya, aku salah mengambil surat. Akhirnya Alexa geram dan terus berusaha mencari surat itu, namun tidak pernah dapat. hingga akhirnya dia menculik anakmu untuk dijadikan tawanan agar kau menyerahkan surat kepemilikan tanah itu kepadanya, Sara. Ia ingin mengambil surat itu karena keluarganya membutuhkan tanah kami untuk dijadikan lahan bangunan industri tekstil" tutur Sam panjang lebar.

 

"tapi bagaimana bisa, saat aku menghubungi nomor ponselmu, yang mengangkat Alexa?" tanya Sara 

 

"dia menawanku, ingat? Tentu saja dia menyadap semua panggilan yang masuk ke ponselku dan hanya mengangkat panggilan darimu. Itu sudah diatur dengan sangat rapi" 

 

"sam, aku sangat merasa bersalah telah menuduhmu sebagai pelakunya" ucap Sara sambil menundukkan kepalanya. 

 

"hei, kakak ipar, sudahlah. Lupakan masalah ini, intinya kau harus lebih berhati hati menjaga surat itu, oke?"

 

 Sara mengangguk, dan ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya bersama putri kesayangannya, Mandy. 

 

 

End