JustPaste.it

[@songmongjie - Candor - G3]

 

Tell me something I don’t know...

 

Sara kembali menatap selembar foto di tangannya itu dengan mata yang berkaca-kaca. Setega itukah mereka hingga merampas putri kecil kesayangannya itu darinya? Sekejam itu kah mereka memisahkan seorang ibu dengan bayi kecilnya yang belum genap sebulan umurnya?

 

Wanita itu duduk termenung di kursi santai di teras depan rumahnya, menatap kosong ke pekarangan di seberang. Cahaya mentari pagi dengan hangatnya menerpa kulitnya yang pucat, walaupun begitu, tetap saja seluruh tubuhnya terasa dingin seperti Alaska. Tidak akan ada yang dapat menggantikan kehangatan itu selain putri kecilnya, Mandy.

 

Kemana ia harus mencari gadis kecil kesayangannya itu? Semenjak kepergian suaminya Dean, Sara tak punya siapapun di dunia ini. Tak ada kerabat dekat yang ia kenal yang masih hidup. Setidaknya tak ada......

 

Ah, Sam Winchester. 

 

Adik lelaki Dean itu menghilang begitu saja seusai upacara pemakaman mendiang suaminya. Tepat sehari sebelum Sara dibawa ke rumah bersalin untuk mengantarkan putri kecilnya ke dunia. 

 

Mencurigakan? Ia tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Bahkan, ia tak pernah memikirkan apapun selain Mandy. Hanya ada Mandy dan Mandy yang ada di pikirannya. 

 

Sara mulai beranjak dari tempat duduknya. Ia sadar, hanya termenung saja tak akan mengembalikan gadis kecilnya itu padanya. Ia harus melakukan sesuatu, apapun itu. Semakin lama ia membiarkan putrinya lepas darinya, semakin kecil kemungkinan ia akan dapat berjumpa dengan putrinya lagi.

 

Ia segera membongkar lemari pakaian di dalam kamarnya, mencari-cari sebuah buku yang pernah dibawa-bawa oleh mendiang suaminya saat berburu. Dapat. Sara segera membolak-balik halamannya, matanya memindai seluruh informasi yang tertulis hingga tertuju pada suatu deretan nomer.

 

Sara segera mengambil telepon di kamarnya dan menekan nomer-nomer itu, terlalu tergesa untuk mengeceknya dua kali. Nada sambung itu akhirnya terangkat. Dengan bibirnya yang bergetar ia mengucapkan salamnya, "Halo." 

 

"Halo, Sara," suara di ujung sana membalas dengan segera. 

 

=====================================================================

 

VERSION 2(?)

 

"Bisa kita bertemu?" ucap Sara dengan lebih rileks.

 

Tak ada balasan. Mungkin sang lawan bicara sedang menimang-nimang tawaran itu.

 

"Baiklah."

 

.

.

.

 

Wilson duduk disalah satu kursi di cafe Trilala. Terlihat sekali ia sedang menunggu seseorang.

 

"Trililing"  lonceng pintu cafe berbunyi menandakan seseorang memasuki cafe. Wilson segera melambai kepada pengunjung yang baru masuk itu.

 

"Sudah menunggu lama?" tanya Sara setelah mencapai meja yang ditempati Wilson.

 

"Baru sekitar 10 menit. Jadi, ada perlu apa Sar?" Mau tak mau Wilson langsung to-the-point. Ia tak bisa berlama-lama karena ada janji lain, sibuk ya?

 

"Hmm.. ini mengenai Sam." Sara terlihat ragu-ragu harus memulai dari mana. Namun ia yakin Wilson lah orang yang tepat untuk ia tanya.

 

Wilson adalah sahabat Dean. Mereka berdua memiliki hobi yang sama : berburu binatang liar. Sara sering khawatir dengan keselamatan Dean. Namun dengan kata-kata manis, Dean selalu berhasil meyakinkan Sara. Untung saja Dean bukan meninggal akibat berburu. Kalau tidak, mana mungkin Sara ingin menemui Wilson sekarang. Selain itu, Wilson akrab dengan Sam. Wilson kenal lebih lama dengan Sam dan Dean dibanding Sara mengenal mereka.

 

"Huh? Ada apa dengan Sam?" Wilson kebingungan dengan maksud Sara.

 

"Sebenarnya," Sara menghela napas, "hari ini Mandy hilang." Sara tahu, Wilson belum mendengar kabar ini.

 

"Mandy?! Bagaimana mungkin?!" Dan berita ini cukup mengagetkan Wilson. Maksudnya, bagaimana mungkin bayi yang seharusnya selalu ada di dekat Sara itu bisa hilang?

 

"Tadi pagi, sekelompok orang berbaju dan berkacamata hitam memaksa masuk kerumah dan mengambil paksa Mandy." Suara Sara terdengar bergetar. Rasanya Sara ingin mengutuki diri sendiri, ia sudah menjadi ibu gagal karena tidak bisa menjaga buah hatinya sendiri.

 

Wilson berusaha mereka-reka kejadian yang terjadi. "Lalu.. apa hubungannya dengan Sam?"

 

"Aku mengenal salah satu mereka. Salah satu dari mereka adalah orang kepercayaan Sam." Dan lagi-lagi Sara ingin mengutuki dirinya sendiri. Ia terlalu larut dalam kesedihan sehingga baru mengingat fakta ini beberapa saat sebelum ia menelepon Wilson.

 

Wilson tersentak. "Jadi maksudmu.... Sam yang melakukan semua itu?"

 

"Aku tidak yakin. Oleh karena itu aku ingin menanyakan sesuatu kepada mu."

 

"Apa itu? Aku akan menjawabnya sebisaku."

 

Sara menggigit bibirnya. "Apakah... Sam ada ketidaksukaan dengan ku?"

 

Terjadi jeda yang cukup panjang. Wilson nampak menimbang-nimbang jawaban apa yang hendak ia berikan.

 

"Wil?..."

 

"Ah. Baiklah. Nampaknya aku harus memberitahukan ini kepada mu." jawaban Wilson membuat Sara memiringkan kepalanya.

 

"Sebenarnya.. Sam tidak merestui hubunganmu dengan Dean.." penjelasan Wilson nampak menggantung.

 

"Kenapa?.." Sara sebenarnya sudah mempersiapkan mental untuk jawaban pertanyaan ini. Tetap saja, hal ini sulit percaya.

 

Kali ini Wilson yang menghela napas. "Kau tahu bukan keluarga Dean adalah keluarga yang kekayaannya tiada tertandingi? Sam tidak suka kalau ada orang yang status nya berbeda masuk dan mencoreng silsilah keluarga." Napas Sara tercekat. Ini lebih dari diluar dugaannya. Ia tahu, keluarganya bukanlah termasuk keluarga kaya, bahkan termasuk yang paspas an, namun..haruskah ini menjadi permasalahan materi?

 

"Bukannya aku mengatakan keluargamu .. err ya.. tapi itulah yang pernah Sam katakan kepada ku." Wilson menjadi salah tingkah.

 

Sara memejamkan matanya sejenak. "Kurasa motif itu cukup untuk mengambil Mandy dariku." kata Sara akhirnya.

 

"Terimakasih, Wilson, karena sudah meluangkan waktu mu." Sara berdiri lalu membungkuk dan melangkah ke pintu. Wilson membalasnya dengan senyuman prihatin.

 

"Ah hampir saja aku kelupaan." kata Sara sambil memukul kepalanya. Ia pun berbalik lagi menghadap ke Wilson.

 

"Apakah kau tahu keberadaan Sam sekarang?"

 

Wilson nampak mengingat-ngingat sesuatu. "Ah! Lusa aku akan menemui Sam di sebuah rumah di pegunungan. Kau tahu, Sam terkadang ikut berburu bersama ku dan Dean. Mau ikut?"

 

Mata Sara berbinar-binar disertai anggukan pasti.

 

.

.

.

 

Angin alam berhembus merdu. Kepohonan pegunungan berdiri kokoh. Segala susunan indah cukup membuat Sara terpesona. Yah, gunung tak seburuk apa yang ia dipikiran.

 

Tak terasa mobil yang dikendarai Wilson menghadap ke sebuah rumah kayu sederhana. Nampaknya itu adalah tujuan mereka.

 

Bunyi klakson membuat pintu rumah itu terbuka. Penghuni rumah itu terkejut sesaat, dan berusaha menyembunyikannya, saat melihat Sara keluar dari mobil. Sayang, Sara sudah menangkap ekspresi tersebut.

 

"Kenapa Sam? Kaget akan kedatanganku?" Sara menyeringai.

 

Sam merapatkan rahangnya. "Mau apa kau kesini?"

 

Sara mendengus. "Tentu saja. MENGAMBIL ANAK KU!" Mata Sara berkilat-kilat.

 

"Siapa anak mu? Mandy? Mandy anak Kak Dean!" Mungkin kalau dalam film-film, mungkin mata mereka sudah saling-saling menembakkan laser.

 

"Anak Dean berarti anak ku juga! Aku kan istri Dean!"

 

"Haahhahahaha" Tawa lantang Sam membuat bingung Sara dan Wilson.

 

"Maaf. Kau sudah ku keluarkan dari keluarga Winchester." ujar Sam tenang. Rahang bawah Sara tak dapat tertahan.

 

"Yah tadi nya aku ingin melenyapkan si kecil Mandy. Namun dia membawa gen keluarga Winchester. Jadi lebih baik aku segera memisahkan Mandy dari orang luar."

 

Baru saja Sara ingin memaki Sam, terdengar suara tangisan bayi dari dalam rumah kayu.

 

"MANDY!!" Tanpa aba-aba Sara segera berlari memasuki rumah. Wilson mengikutinya dari belakang.

 

"Hey mau apa kalian!!" Sam menyusul masuk ke rumah.

 

Setelah mencari-cari sumber suara, Sara berhasil menemukan Mandy yang berada di ranjang bayi. Muka Mandy merah dan badannya panas. Sara panik seketika.

 

"Wilson! Wilson! Tolong segera antarkan aku ke rumah sakit terdekat!" Sara memelas sambil menggendong Mandy.

 

"Ayo!" Wilson juga ikutan panik. Dia segera menuntun Sara keluar dari rumah.

 

Namun Sam menghalangi pintu keluar. "Mau kemana kalian?" tanya Sam geram. "Kembalikan anak kakak ku!"

 

"Sam ku mohon! Biarkan aku ke rumah sakit! Mandy tidak pernah seperti ini sebelumnya! Tolonglah!"

 

"Apa hak mu atas nya? Sini! Biar aku yang membawa nya!" Sam hendak merebut Mandy dari gendongan Sara. Namun Sara segera menghindar.

 

"Sam ku mohon!" Sara tahu, ia cuma punya satu cara. "Biarkan kali ini saja! Setelah Mandy sembuh kau boleh mengambilnya lagi!" Sara menahan tangis mendengar ucapannya sendiri. Disampingnya, Wilson tak tahu harus berbuat apa.

 

Ingin rasanya Sam bersikeras menolak, namun melihat keadaan Mandy ia rasa jalan terbaik adalah membiarkan Sara membawa Mandy.

 

"Baiklah. Dan jangan coba-coba kabur. Kau tahu aku akan selalu bisa menemukanmu." ancam tegas Sam, sembari menyingkirkan tubuhnya dari pintu keluar.

 

Tanpa sempat berkata-kata, Sara segera berlari dan memasuki mobil. Dalam hitungan detik mobil Wilson sudah melaju pergi.

 

.

.

.

 

Beberapa tahun kemudian...

 

Hari sudah siang dan anak-anak binaan Sara sudah pulang satu persatu.

 

'Hari lain yang melelahkan.' batin Sara.

 

Baru saja iya ingin membereskan halaman, ia melihat seorang gadis muda didepan pagarnya. Ia terlihat ragu.

 

"Halo. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Sara ramah.

 

Namun reaksi gadis itu diluar dugaan. Tiba-tiba dia menangis dan memeluk Sara.

 

"Ibu!!"